Majalah
Tarbawi Edisi 223 Th. 11 Rabiul Awal 1431 H/ 11 Maret 2010 M
“Aku bisa berdoa kepada Allah untuk
menyembuhkan butamu dan mengembalikan penglihatanmu. Tapi jika kamu bisa
bersabar dalam kebutaan itu, kamu akan masuk surga. Kamu pilih yang mana?”
Itu dialog Nabi Muhammad dengan seorang
wanita buta yang datang mengadukan kebutaannya kepada beliau, dan meminta
didoakan agar Allah mengembalikan penglihatannya. Dialog yang diriwayatkan Imam
Bukhari dari Ibnu Abbas itu berujung dengan pilihan yang begitu
mengharukan:”Saya akan bersabar, dan berdoalah agar Allah tidak mengembalikan
penglihatanku.”
Beliau juga bisa menyembuhkan seperti Nabi
Isa, tapi beliau menawarkan pilihan yang lain: bersabar. Sebab kesabaran adalah
karakter inti yang memungkinkan kita survive dan bertahan melalui
seluruh rintangan kehidupan. Kesabaran adalah karakter orang kuat. Sebaliknya,
tidak ada jaminan dengan bisa melihat, wanita itu akan bisa lebih banyak amal
saleh yang bisa mengantarnya ke surga. Selain itu, penglihatan adalah fasilitas
yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, karena fasilitas
berbanding lurus dengan beban dan pertanggungjawaban. Ada manusia, kata Ibnu
Taimiyah, lebih bisa lulus dalam ujian kesulitan yang alatnya adalah sabar
ketimbang ujian kebaikan yang alatnya adalah syukur.
Nabi Muhammad juga berperang seperti Nabi
Musa. Bahkan malaikat Jibril pun pernah meminta beliau menyetujui menghancurkan
Thoif. Tapi beliau menolaknya. Sembari mengucurkan darah dari kakinya beliau
malah balik berdoa:”Saya berharap semoga Allah melahirkan dari tulang sulbi
mereka anak-anak yang akan menyembah Allah.”
Muhammad bisa menyembuhkan seperti Isa. Juga
bisa membelah laut seperti Musa. Bahkan bulanpun bisa dibelahnya. Muhammad
punya dua jenis kekuatan itu: soft power dan hard power.muhammad
mempunyai semua mukjizat yang pernah diberikan kepada Nabi dan Rasul
sebelumnya. Tapi beliau selalu menghindari penggunaannya untuk meyakinkan orang
kepada agama yang dibawanya. Beliau memilih kata. Beliau memilih narasi. Karena
itu mukjizatnya adalah kata: Al Qur’an. Karena itu sabdanya pun diatas semua
kata yang mungkin diciptakan oleh manusia.
Itu karena narasi bisa menembus tembok
penglihatan manusia menuju pusat eksistensi dan jantung kehidupannya:akal dan
hatinya. Jauh lebih dalam daripada apa yang mungkin dirasakan manusia yang
kaget terbelalak seketika saat menyaksikan laut terbelah, atau saat menyaksikan
orang buta melihat kembali.
***
(Sekretariat Mesjid Arfaunnas, Senin 01 Maret 2010, 01:33 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar