[In reply to
Salim A Fillah - Quotes Telegram]
Sumber: Buku
Dalam Dekapan Ukhuwah
oleh: Ust
Salim A Fillah
.
Alangkah
syahdu menjadi kepompong, berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan.
Tetapi bila tiba waktu untuk jadi kupu-kupu, tak ada pilihan selain terbang
menari; melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia.
.
Alangkah
damai menjadi bebijian; bersembunyi di kegelapan, menanti siraman hujan,
menggali hunjaman dalam-dalam. Tapi bila tiba saat untuk tumbuh dan mekar, tak
ada pilihan kecuali menyeruak menampilkan diri; bercecabang menggapai langit,
membagikan buah manis di tiap musim pada segenap penghuni bumi.
.
Pernah ada
waktu-waktu dalam ukhuwah ini kita terlalu akrab bagai awan dan hujan merasa
menghias langit, menyuburkan bumi, dan melukis pelangi namun tak sadar,
hakikatnya kita saling meniadai.
.
Iman adalah
mata yang terbuka mendahului datangnya cahaya tapi jika terlalu silau, pejamkan
saja lalu rasakan hangatnya keajaiban.
.
Iman kita
agaknya bukan bongkah batu karang yang tegak kokoh. Dia hidup bagai cabang
menjulang dan dedaun rimbun. Selalu tumbuh, dan menuntut akarnya menggali kian
dalam. Juga merindukan cahaya mentari, embun, dan udara pagi.
.
Dalam
hubungan-hubungan yang kita jalin di kehidupan, setiap orang adalah guru bagi
kita. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat. Betapapun yang mereka
berikan pada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya,
mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana.
Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.
.
Sebagaimana
kemampuan memimpin kekuatan untuk menjalin hubungan adalah kecenderungan,
sekaligus pembelajaran . Jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia
sedang bengkak. Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya
nanah dari luka nurani. Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia
sedang melayang kehilangan pijakan. Jika kau merasa wangi, periksa ikhlasmu.
Mungkin itu asap dari amal sholihmu yang hangus dibakar riya’.
.
Menghadapi
orang sulit selalu merupakan masalah. Terutama jika orang sulit itu adalah diri
kita sendiri. Jika kita merasa bahwa semua orang memiliki masalah dengan kita,
tidakkah kita curiga bahwa diri kita inilah masalahnya?
.
Ada banyak
hal yang tak pernah kita minta tapi Allah tiada alpa menyediakannya untuk kita
seperti nafas sejuk, air segar, hangat mentari, dan kicau burung yang mendamai
hati. Jika demikian, atas do’a-do’a yang kita panjatkan bersiaplah untuk
diijabah lebih dari apa yang kita mohonkan.
.
Hidup tidak
dihitung dari jumlah nafas yang kita hirup. Hidup, ternilai dari berapa kali
nafas terhenti karena takjub dan anehnya. Keajaiban justru hanya memberi
kejutan, pada mereka yang percaya.
.
Mempercayai
yang terbaik dalam diri seseorang akan menarik keluar yang terbaik dari mereka.
Berbagi senyum kecil dan pujian sederhana mungkin saja mengalirkan ruh baru
pada jiwa yang nyaris putus asa atau membuat sekeping hati kembali percaya
bahwa dia berhak dan layak untuk berbuat baik.
.
Jika sebuah
penghinaan tak lebih mengerikan dibanding apa yang Allah tutupi dari kesejatian
kita. Maka bukankah ia adalah sebait sanjungan?
.
Dalam
dekapan ukhuwah kita tersambung bukan untuk saling terikat membebani melainkan
untuk saling tersenyum memahami dan saling mengerti dengan kelembutan nurani.
.
Sebab
pikiran punya jalan nalarnya masing-masing maka terkadang mereka bertemu atau
berpapasan. Sesekali bersilangan, berhimpitan, bahkan bertabrakan. Syukurlah
kita punya ruh-ruh, yang diakrabkan iman.
.
Seperti
sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya. Memaksakan tapal kecil
untuk telapak besar akan menyakiti. Memaksakan kasut besar untuk tapak mungil
akan merepotkan. Kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi.
.
Kita semua,
anak Adam, pernah melakukan kesalahan. Dalam dekapan ukhuwah, kelembutan nurani
memberi kita sekeping mata uang yang paling mahal untuk membayarnya. Di keping
uang itu, satu sisi bertuliskan “akuilah kesalahanmu”. Sisi lain berukir
kalimat, “maafkanlah saudaramu yang bersalah”.
.
Tak m[In
reply to Salim A Fillah - Quotes Telegram]
udah untuk
mengatakan hal yang benar di waktu yang tepat. Namun agaknya yang lebih sulit
adalah, tidak menyampaikan hal yang salah ketika tiba saat yang paling menggoda
untuk mengatakannya.
.
Tak pernah
sama sekali, ada kekata dan perilaku orang yang bisa menjadi penentu kemuliaan
dan kehinaan kita. Dan tak seorang pun bisa menyakiti, tanpa kita mengizininya.
Maka bercahayalah dalam gelora untuk meraih semua pahala.
.
Jika engkau
merasa bahwa segala yang di sekitarmu gelap dan pekat, tidakkah dirimu curiga
bahwa engkaulah yang dikirim oleh Allah untuk menjadi cahaya bagi mereka?
Berhentilah mengeluhkan kegelapan itu, sebab sinarmulah yang sedang mereka
nantikan, maka berkilaulah!
.
Karena saat
ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh, saat salam terasa menyakitkan,
saat kebersamaan serasa siksaan, saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan
justru melukai. Aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita hanya iman-iman kita
yang sedang sakit, atau mengerdil. Mungkin dua-duanya, mungkin kau saja. Tentu
terlebih sering, imankulah yang compang-camping.
Via: Qurani
Club on FB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar