Majalah
Tarbawi Edisi 219 Th. Muharram
1431 H/ 14 Januari 2010 M
Enam milyar manusia yang menghuni bumi hari
ini adalah turunan dari sekitar 12 pasang manusia yang tersisa dan selamat
dalam perahu Nuh. Itu sedikit kuasa ilmu yang memberi Nuh kemampuan antisipasi
terhadap musibah yang sedang mengancam. Dengan kuasa ilmu yang sama, kita
membaca cerita tentang lembah Ibrahim.
Nama itu tak pernah ada. Sebab Qur’an memang
tidak memberinya nama. Qur’an hanya menyebutkan ciri: lembah yang tidak
ditumbuhi sedikitpun tumbuhan. Jadi anggap saja itu lembah Ibrahim. Itu lembah
atau tanah datar yang kering dan gersang. Ke sanalah Ibrahim membawa istrinya,
Hajar dan bayinya, Ismail. Lebih dari 80 tahun lelaki itu menantikan kehadiran
anak ini, tapi ketika ia hadir di pangkuannya saat keputusasaan memenuhi rongga
dadanya, ia justru membawa anak itu ke lembah ini. Bukan Cuma itu. Ia bahkan
meninggalkan istri dan anaknya di lembah itu. Seakan-akan ia hanya datang
menitip mereka kepada alam.
Kita sering mendengar cerita ini sebagai
latar pengorbanan tanpa batas dari sebuah keluarga kenabian. Tapi tidak pernah
menanyakan apa rencana Allah di balik itu semua. Itu jelas bukan rencana Ibrahim. Ia bahkan tidak
bisa menjawab hendak kemana ketika Hajar bertanya padanya saat akan
meninggalkan mereka. Tapi ketika Hajar bertanya padanya saat akan meninggalkan
mereka. Tapi ketika Hajar bertanya, apakah ini perintah Allah yang diwahyukan
kepadamu, Ibrahim mengiyakan.
Lembah itu seperti hilang dalam memori
sejarah sampai 2500 tahun kemudian ketika Muhammad diangkat menjadi Nabi.
Lembah itu yang dikenal dengan jazirah Arab. Dalam isolasi peradaban itulah
Ismail beranak-pinak dengan sebuah kabilah yang bernama Jurhum, dari mana
kemudian bangsa Arab berasal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar