KESEDERHANAAN
Orang tua
zaman dulu itu modalnya shalat malam, doa, shalawat, zikir, dan baca Alquran.
Modalnya, benar-benar hanya Allah SWT.
Bukan seperti
kebanyakan orang tua sekarang, termasuk saya, yang modalnya duit, gaji,
pekerjaan, dan usaha, ketika membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Hasilnya?
Nggak amazing (luar biasa) banget.
Kebanyakan
orang tua berusia muda sekarang punya anak dua, motor udah dikasih, rumah sudah
ada, tapi hidupnya tetap susah. Sementara, orang tua zaman dulu, anak-anaknya
banyak, tapi bisa sukses semuanya.
Nah, saya
ingin bercerita tentang Hajjah Nurul Ain, atau biasa disapa dengan Bu Noni.
Beliau adalah bibi saya, kakaknya ibu saya, Humrif’ah (Uum).
Bu Noni
punya anak delapan. Saudara saya sekandung ada lima. Tapi, masya Allah, nggak
pernah mereka mengeluh atau teriak susah. Nggak ada.
Beliau
selalu berdoa, mengaji, zikir, dan shalawat. Hasilnya luar biasa, beda banget.
Sepertinya, orang-orang tua sekarang harus belajar dari orang tua zaman dulu
dalam mendidik anak.
Orang tua
zaman dulu, termasuk Ibu Noni, dan juga ibu saya, insya Allah banyak lagi
ibu-ibu yang lainnya, modalnya pasrah dan tawakkal kepada Allah.
Saya sering
mengajarkan kepada diri saya, sebagai ayah yang masih berusia muda, istri saya
yang juga muda, dan pasangan muda lainnya, coba deh tiru gaya, metodologi, dan
cara orang-orang tua dulu dalam mendidik anak-anaknya.
Sekitar satu
pekan lalu saya ke rumah beliau. Dalam usianya yang sudah lebih dari 64 tahun,
Ibu Noni, ternyata masih mengajar mengaji.
Padahal,
beliau bisa meminta kepada anaknya untuk menggantikannya mengajar. Tapi, tidak.
Beliau tetap mengajar mengaji sendiri.
Ketika
ditanya, apa alasannya terus mengajar? Beliau menjawab, “Supaya nanti
anak-anaknya diajar oleh Allah SWT.” Subhanallah.
Orang-orang
tua zaman sekarang, sering memberikan kemewahan kepada anak-anaknya. Dan
sebaliknya, anak-anak sekarang memberikan kemewahan kepada orang tuanya untuk
menunjukkan bahwa dirinya telah mampu.
Dibuatkan
rumah, dibelikan barang mewah, diberangkatkan ke luar negeri, dan lain
sebagainya. Bukannya bahagia, orang tuanya justru merasa tersiksa. Mereka, para
orang tua itu, dulu memberikan kepada anak-anaknya sesuatu dengan cinta dan
kasih sayang.
Sekarang,
kita tidak memberikan kepada mereka cinta, melainkan harta kekayaan serta
kemewahan. Akibatnya, bukannya kenyamanan yang dirasakan, justru kesusahan dan
keterbelengguan.
Mari kita
perbaiki diri agar menjadi anak yang baik, menjadi keponakan yang baik, cucu
yang baik, sehingga bisa menghadiahkan kepada orang tua kita doa dan amal yang
baik. Salam.
Source:
hikmah-republika
Repost
by t.me/ NgajibarengYM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar