NEGERI
DARURAT ALQURAN
Negeri
Indonesia, banyak daruratnya. Darurat pangan, darurat UN, darurat miras,
darurat korupsi. Dan, masih banyak lagi sebutan daruratnya, termasuk darurat
zina.
Saya pribadi
bukan ahli bahasa, yang bisa memosisikan makna tepatnya. Tapi saya bisa mengerti
atau mencoba mengerti. Maksudnya, Indonesia sudah sampai pada tahapan bahaya
ini dan itu. Krisis. Maka itu disebut darurat.
Walau saya
lebih kepengen disebut Indonesia sebagai Darurat Al Qur'an. Positif aura nya.
Negeri yang membutuhkan Al Qur'an. Atau negeri yang banyak pembaca Qur'annya.
Memang muslimnya banyak sekali.
Yang jika
semua muslim di Indonesia membaca Qur'an, itu berarti Indonesia adalah negeri
yang terbanyak penduduknya yang membaca Qur'an.
Demikian
juga terkandung makna, negeri yang banyak penghafal Qur'annya, dan
pelaku-pelaku Qur'annya (pengamal Qur'an). Ya, Darurat Qur'an, lebih saya
sukai.
Juga Negeri
Darurat Doa. Terkandung makna serupa dengan al Qur'an, tapi di urusan doa.
Bayangkan, jika semua penduduk negeri berdoa? Negeri mana yang sebanyak
Indonesia pemeluk agamanya? Khususnya muslimnya? Maasya Allah.
Ini kekuatan
lain dari kekuatan yang diberikan oleh Indonesia. Jika Indonesia, penduduknya
berdoa, Allahu akbar, itu berarti 200 juta lebih, bahkan mendekati 300 juta,
yang berdoa kepada Allah.
Bila doa
dilantunkan pagi, siang, sore dan malam atau minimal lima kali sehari sehabis
shalat fardhu? Ini melebihi kekuatan alam, kekuatan senjata, dan bahkan
kekuatan nuklir. Sebab kekuatan doa adalah kekuatan Allah.
Saya pun
lebih suka memakai kalimat Darurat Sedekah. Dengan pemaknaan serupa dengan
Darurat Qur'an dan Darurat Doa. Belum lagi saya dan banyak pebisnis di
Indonesia lagi sungguh-sungguh mendorong sebanyak-banyaknya rakyat untuk
berdagang, berusaha, berbisnis.
Sehingga
lebih baik kita menyebut Indonesia yang kita cintai ini dengan Negeri Darurat
Pengusaha. Menggambarkan juga harapan, agar di Indonesia lebih banyak lagi
hadir pengusaha yang lebih banyak untuk menggerakkan.
Pilihan di
tangan kita sekarang ini, sebagai insan-insan Indonesia, yang mengukir sejarah
Indonesia hari ini, dan esok, serta Indonesia masa depan. Mau darurat yang
sifat dan auranya negatif? Atau yang positif.
Namun
kiranya, fakta-fakta di lapangan juga seringkali memaksa para the winner, yang
berpikiran positif, sedikit berkernyit. Sungguh, kita kepengen melawan segala
sebutan the loser dengan hal-hal the winner. Tapi maasya Allah, tabaarakallaah,
semoga Allah mengampuni negeri ini.
Ada seorang
istri, yang mengadu suaminya selingkuh. Bukan dengan sembarang selingkuh. Ini
suaminya selingkuh dengan sesama dosen, di perguruan tinggi tempat yang sama
dengan suaminya mengajar. Dan dosen itu laki-laki! Ya, ini darurat lain lagi.
Darurat Homo. Lebih daripada zina. Yaaa Allah. Pengen nangis rasanya.
Dan barusan,
saat saya menulis ini, saya baru saja kembali dari kediaman seorang sahabat
yang baru saja menerima kehadiran seorang bayi. Namanya Rafa. Bayi tiga hari
yang digeletakkan begitu saja, di depan pintunya, di malam hari raya.
Yaaa Allah.
Jangan sampai Engkau menyebut negeri ini Darurat Dosa dan Maksiat. Ampuni kami
yaa Rabb. Jangan sampai juga Engkau menjadikan negeri kami, negeri Darurat
Neraka. Jadikanlah sebaik-baik sebutan untuk negeri kami ini.
Source :
Allah dulu,Allah lagi,Allah terus
Repost n
share by : t.me/NgajibarengYM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar