Minggu, 23 Desember 2018

Bersama Al Haq dan Ahlul Haq



“Selalulah bersama kebenaran, walaupun engkau sendirian.”
(Hal-1) Alangkah idealnya pesan ini bagi mereka yang mampu memilah egoisme pribadi dan tarikan negative grafitasi in grouping yang sering tampil menjadi kembaran egoisme itu sendiri. Perasaan ikhlas kadang terkacaukan oleh kecenderungan egoisme akan melahirkan khawarij zaman yang dungu dan menafikan kebersamaan, hanya karena kelemahan umat dalam menggapai injazat (karya-karya) dakwah secara serempak, kemas dan tuntas. Seperti egoism murjiah yang menikmati kelezatan fatalism dan mengolah menunya untuk duduk disantap dengan lahap oleh para tiran: “vonis itu nanti di sana, dan amar ma’ruf nahi munkar tiada guna, dosa jangan disesali dan kebajikan usahlah disyukuri, karena kita cuma setitik debu yang diterbangkan angin takdir kemana ia mau.”

Selasa, 16 Januari 2018

POLITIK ITU WANGI


Oleh Ust Hilman Rosyad

_Buka2 medsos, saya baca obrolan di salah satu WAG, topiknya tentang orang2 yang (merasa) pintar yang cenderung anti politik dan MELARANG tiap anggota WAG nya bicara tentang politik. Jadi isi obrolan WAG itu cuma ucapan selamat ulang tahun n posting kuliner, konon isinya grup orang2 pinter, yang TEREDUKASI dengan baik dari universitas ternama. Saya ketawa bacanya. Saya jg punya grup begitu. Tiap ada yg ngomong politik, pasti akan muncul moron2 yang men-colek2 admin utk memberi peringatan pada yang posting, dan itu ber-ulang2, sampai2 ada ancaman klu masih posting juga akan dikeluarkan dari grup_ 😄😄😄. _Pd grup2 begini, saya pasti tak pernah komen. Soalnya saya tidak merayakan ultah dan tidak suka kuliner juga, jadi males saya baca posting2 di tempat seperti itu kan?_

_Pagi tadi, my bontot boy tilawah setelah jadi imam sholat subuh. Ia membaca surat Al Qasas. Isinya tentang perjuangan Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS melawan tirani kaisar imperium Mesir, Fir’aun, sang MUSUH ALLAH. Di awal, Allah mengatakan bahwa FIR’AUN adalah PENGUASA YANG JAHAT, karena ia MENGADU DOMBA RAKYATNYA untuk memperkokoh kekuasaannya._

TAWADHU’ & KEBERKAHAN DAKWAH



#KMS : Ustadz Dr. Salim Segaf Aljufrie

1. Mari kita berharap keberkahan Allah pada dakwah ini. Keberkahan itu datangnya dari keyakinan kita kepada Allah, bahwa semua kekuasaan/kemenangan/kekalahan itu terjadi atas kehendak Allah. Kita tidak sependapat dengan yang mengatakan bahwa konspirasi musuh menyebabkan kekalahan kita. Mau konspirasi apapun kalau Allah tidak berkehendak ya tidak akan terjadi. Mari kita melihat amal ini dengan pendekatan dakwah.

2. Evaluasi kita : kita tergiring secara tidak sadar menjadikan politik sebagai panglima. Lalu dakwah dan kaderisasi kita lupakan. Tolonglah slogan OBAH KABEH MUNDAK AKEH itu jangan dimaknai AKEH kursi dan suaranya. Tapi akeh dan mundak keberkahannya. dan itu dengan tetap menjadikan dakwah sebagai misi utama kita. Kursi itu bukan tujuan kita. Kalau kita pantas menerimanya Allah akan berikan. Saya membayangkan andai seluruh anggota dewan kita di indonesia ini di sebar merata ke desa desa yang ada di seluruh negeri. Lalu berdakwah, membina masyarakat dan kita punya kemampuan untuk itu. Insya allah keberkahan akan turun dengan cara itu. Tidak ada urusannya dapat kursi atau tidak.

Kamis, 12 Oktober 2017

Berhenti Memaafkan



By: Nandang Burhanudin
*****

Kehormatan Islam, syiar, ibadah, dan umatnya diinjak-injak. Lantas ada kelompok yang “sok lapang dada”, menasihati kita agar menjadi pemaaf dan menerima garis takdir. Di satu sisi, mereka menolak nasihat kita untuk tidak Golput saat pemilu, minimal meminimalisir mudharat dibanding yang terpilih Islamphobia.

Memang, Islam mengajarkan kita menjadi pemaaf. Ayat, hadis, dan teladan di medan maaf-memaafkan, lapang dada, sangat banyak. Tapi kita menapikan, Rasul dan para sahabatnya serta Salafus Shalih, pun diperintahkan Allah untuk melawan, memerangi, bahkan berhenti memaafkan. Terlebih di hadapan penguasa zhalim, pendusta, nista, dan perusak agama.

Hal ini pun Allah firmankan dalam banyak ayat. Di antaranya firman Allah,

وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ

“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim mereka membela diri.”

Al-intishar menurut Ibn Rajab Al-Hambali adalah “Menunjukkan kemampuan untuk membalas kezhaliman, walau setelah itu memberi maaf sebagai bentuk kesempurnaan jiwa.”

Menurut An-Nakh’i, “Membela diri karena didorong spirit, tidak ingin dihinakan dan diperlakukan semena-mena.”
Mujahid pun menafsirkan, “Sosok mukmin pasti berontak jika dilecehkan. Ia terdorong untuk menunjukkan dirinya mampu melawan.” (Jami’ Al-‘Uluum wal Hukm, hlm. 179)

Jadi, MELAWAN! Soal nanti memaafkan, itu urusan lain. Tapi tunjukkan efek jera kepada musuh-musuh Islam. Bahkan Syaikh Shalih Al-Munjid, dalam Al-Islam Sual wal-Jawab mengungkapkan, memaafkan itu memiliki syarat. Di antaranya, setelah memaafkan terjadi ISHLAH (perbaikan sikap) dan tidak memunculkan dampak negatif yang baru.

Beliau menegaskan,

قال تعالى : (فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ) فلا يعفو عن مجرم معروف بالشر وإيقاع الضرر بالناس ، لما يترتب على العفو عنه من إطلاق يديه في الشر والسوء ، لذا لا يشرع العفو عنه ، بل تجب عقوبته وكف يده عن الناس بما يُستطاع

Firman Allah, “Barangsiapa memaafkan dan berishlah, maka pahalanya di sisi Allah.” Maka tidak boleh memaafkan kepada sosok mujrim (lacut, bengis) yang sudah dikenal keburukan dan perilaku mudaratnya terhadap manusia. Karena memberi maaf kepada sosok demikian, sama dengan memberi kebebasan bagi kedua tangannya untuk bertindak buruk dan busuk. Oleh karena itu, memaafkan tidak disyariatkan. Malah wajib diberikan hukuman setimpal, agar tangannya sebisa mungkin tidak lagi membahayakan manusia. (sumber: www.islamqa.com)

Demikian fatwa Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsamin. Fatwa Imam Ibnu Taimiyyah pun tidak jauh beda. (lihat: Jami’ Al-Masail, vol. 6/38)

Siapa yang merugikan umat Islam? Di Jakarta ada AHOK. Jokowi pun sama. Di Mesir ada Assisi. Di Syiria ada Assad. Di Bangladesh pun sama. Khusus Indonesia. Muhammadiyah tidak boleh memaafkan pembunuh Siyono. MUI sepatutnya menghukum baju salib di acara sahur TVRI. AHOK harus dihukum karena mulut busuk dan korupsinya. KPK pun harus segera disomasi. Bahkan media sekelas Kompas, Trans TV, harus dibangkrutkan.

Demikian hukuman untuk Tjahyo Kumolo, Lukman Saifudin, Luhut Binsar. Lalu kita gandeng penjaga Sapta Marga, TNI untuk menjadi penengah. Yakinlah, momentum penghapusan 3000 lebih Perda yang disebut intoleran, menjadi titik tolak persatuan umat. Jika pemimpin, tokoh umat, alim ulama, ketua parpolnya memiliki keberanian. Jika tidak. Wassalam.

RUMAH BUKU IQBAL : Pusat Buku Bermutu 



Rabu, 02 Agustus 2017

MENGGODA SYAITHAN

MENGGODA SYAITHAN
@salimafillah

"Sesungguhnya syaithan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh..." (QS Faathir: 6)


"Wahai Guru", adu seorang murid pada Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali, "Bukankah syaithan akan terusir jika kita berdzikir?"

"Betul Anakku", jawab Sang Imam.

"Lalu ada apa denganku ini? Aku telah mencoba untuk banyak berdzikir, tapi si terkutuk itu rasanya terus datang dan datang lagi, menggangguku dengan berbagai was-was yang akrab sekali."