Nandang
Burhanudin, Lc 11 Maret 2015
Tak
terbayangkan, betapa duka Baginda nan mulia, Nabi Muhammad saw. saat mengetahui
100 juta lebih bangsa Arab menderita wabah tak bisa baca tulis Alquran. Pun
betapa baginda Nabi terluka saat 62% umatnya di seluruh dunia, tak lagi suka
membaca.
Karena semua itu, tak
aneh bila banyak wanita yang bangga mengumbar aurat dari dada hingga paha.
Lantas mereka caci-maki wanita yang berjilbab rapi. Tak perlu aneh bila
masyarakat mencela pria yang memuliakan lebih dari satu wanita yang menjadi
istrinya, tapi menganggap keren pria yang hobi gonta-ganti wanita yang bukan
istrinya.
Realitas yang memerlukan
aksi nyata untuk merubahnya. Tidak sekedar retorika atau ceramah di toa-toa.
Tak ada cara lain untuk mengubahnya, kecuali dengan gerakan tarbiyah. Membina
jiwa-jiwa Muslim agar kembali mencintai agamanya.
Di titik ini, aktif dalam
gerakan tarbiyah tidak bisa hanya sekadar gagah-gagahan. Pun tak bisa
alakadarnya. Sebab jika dibiarkan larut, umat Islam akan terus berada dalam
fakta berikut:
1. Umat yang membenci
keimanan.
Suka atau tidak suka,
fakta berbicara realita. Umat Islam membenci iman yang telah diraih turun
temurun. Jangan salahkan mereka. Tapi salahkan diri kita. Sudah berapa orang
yang kita “sentuh” relung kalbunya, agar kembali menjadi mukmin full charge
dengan keimanannya.
Inti tarbiyah adalah
mengajak umat kembali beriman kepada Allah Taala. Tidak lagi membenci ajaran
iman. Namun sekali lagi, kini umat Islam terombang-ambing dalam Takhayul Bidah
Khurafat, lalu kesesatan Syiah-Ahmadiyah, plus kesesatan agama penyembah patung
dan berhala. Gerakan kekufuran satu sama lain saling bahu membahu, mengalahkan
gerakan keimanan yang kini makin kelabu.
2.
Umat
Islam menghinakan syariatnya.
Bayangkan, syariat
halal-haram sudah tidak lagi menjadi acuan. Kebanyakan berpikir kenyang, puas,
suka, enak, nyaman. Di sisi lain, fatwa-fatwa ulama tidak menyentuh esensi
kehidupan mendasar yang menjadi problematika umat. Pun, banyak para pejuang
syariat hanya sekedar membakar api dalam sekam, menyalah-nyalahkan,
mengkafirkan, tanpa memberikan solusi nyata di dunia realita.
Gerakan tarbiyah harus
mengambil peran solutif kosntruktif, bukan pembual yang pasif destruktif.
Mengambil alih semua lapangan kehidupan. Lalu menjadi suri teladan bagi setiap
perubahan, demi tercapainya dunia bersyariah tidak sekedar di muktamar ratapan
belaka. Gerakan tarbiyah harus memulai kembali menjadi leader dalam penerapan
syariat secara simultan dan universal.
3.
Umat
Islam didera futur tekad dan spirit jihad.
Apa tindakan nyata saat
umat Islam dijajah kemiskinan, kebodohan, perbudakan, dan asset kekayaan
diambil alih asing-aseng? Kebanyakan kita hanya meratapi ketiadaan khilafah,
tapi di sisi lain enggan menempuh jihad lisan, jihad maqaal, jihad hal, jihad
maal, jihad qital. Layakkah khilafah itu tegak dengan meminta militer yang
disebut kafir untuk membantu? Ataukah khalifah akan turun dengan sendirinya di
tempat persembunyiaanya? Andaikan begitu, Rasul tidak perlu berhijrah, tidak
perlu menaklukkan pasar Yahudi, tidak perlu memerangi kaum Musyrik, tidak perlu
mengusir Yahudi dari Madinah.
Futur dalam tekad dan
spirit jihad ini, harus menjadi fokus gerakan tarbiyah. Sekaligus menjadi ujian
sebenarnya. Sebab jika perjalanan yang ditempuh hanya singkat dan menyenangkan,
semua akan berebut masuk ke gerbong tarbiyah. Namun pada faktanya, perjalanan
tarbiyah itu panjang dan melelahkan. Jika hanya sekedar capaian kursi dewan
atau jabatan di eksekutif, pasti banyak yang mau menjadi batu bata mencapainya.
Namun gerakan tarbiyah mengajarkan lebih dari itu semuanya, yaitu pengorbanan
jiwa raga dan hart benda fii sabilillah.
Gerakan tarbiyah di Mesir
telah mencontohkan, andaikan hanya kehidupan nyaman yang ingin dicapai, mereka
tak perlu memenuhi penjara-penjar Fir’aun saat ini. Mereka menolak setiap
tawaran jabatan atau kenikmatan hidup, karena yang mereka rindukan adalah
kemuliaan: baik di saat hidup maupun kemuliaan di saat wafat. Itulah sejatinya
tarbiyah! Tarbiyah yang bergairan dan bergairah dalam tarbiyah! Jika anda tanya
bagaimana tarbiyah saya? Jawabannya: berjuang memberi manfaat jika pun hanya
berperan sebagai sampahnya tarbiyah! (usb/dakwatuna)
http://www.dakwatuna.com/2015/03/11/65523/bergairah-menjadi-aktivis-tarbiyah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar