Oleh: Nandang
Burhanudin
SEJATINYA, semua
paham bahwa rokok itu banyak mudarat dibanding manfaat. Produsen rokok saja
jujur mengakui, bahwa Merokok Dapat Mengakibatkan Impotensi, Jantung, Cacat
hamil. Tapi mengapa jumlah perokok makin hari makin meningkat? dan hampir
seluruh perusahaan rokok maju pesat?
Jawabannya jelas
mereka pandai mengemas “bencana” seakan gaya, penyakit seakan “Gate Exit”,
wabah seakan “hidup wah”, atau racun seakan “Limun”. Perhatikan iklan-iklan
rokok: Gak Ada Loe Gak Rameee! Jagoan itu Bukan yang Sok Jago! Nyalakan
Merahmu! Pria Punya Selera! atau iklan-iklan lain yang sangat menarik sarat
dengan unsur-unsur yang sesuai dengan karakter pasarnya, yaitu: laki-laki, usia
muda, orang-orang sederhana, menghargai kebersamaan, tingkat sosial yang
tinggi, berjiwa petualang.
Bahkan di beberapa
iklan rokok, kesan indah iklan rokok mengalahkan iklan “Visit Indonesia”. Iklan
sebuah rokok berinisial DJ-S lebih banyak menggambarkan sisi keindahan alam
Indonesia yang belum banyak diekplorasi seperti bermain ombak di sungai Kampar,
Menyusuri bagian dalam Goa Jomblang di Yogyakarta, Bermain air dan saling
berkejaran dengan kuda di Lapopu Sumba, dll. Dengan back sound Musik yang hebat
menambah kekuatan iklan ini sebagai iklan terfavorit. Pada awal iklan rokok
ini, kita dapat mendengar backsound yang biasa digunakan untuk membuat iklan
film berdurasi pendek. Backsound ini terdengar begitu menegangkan di awal
iklan. Iklan ini diawali dengan kalimat Indonesia is Home, to The Most Powerful
Forces of Nature. Kekuatan alam Indonesia juga dibeberkan di sini seperti api
dengan gunung berapi, air dengan peselancar di ombak pantai, bumi dengan
bebatuan, dan udara. Ketiga laki – laki muncul sebagai petualang muda yang
bersahabat. Setelah itu muncul kalimat, “You Are Invited to Witness, The Power,
Explore, The Mystery, and Discover The Forces of The Next Great Adventure,
Coming Soon.
Wajar jika jumlah
perokok mengalahkan pendukung khilafah-syariah atau lebih banyak daripada
pendukung partai Islam di negeri ini. Data Depkes tahun 2011 menegaskan, jumlah
perokok aktif di Indonesia melebihi angka 60 juta jiwa. Dengan total konsumsi
65 Triliyun/pertahun. Bayangkan jika rokok itu disambung satu persatu, maka
saya yakin bisa mengelilingi bumi.
Lalu apa hubungannya
antara perjuangan syariah-khilafah dengan iklan rokok? Sebelum ada yang menuduh
“Qiyas Ma’al Faariq” atau analogi apple to apple, atau analogi cacat. Saya
katakan, kita yang katanya pejuang syariah-khilafah harus belajar MENGEMAS
dakwah kita agar bisa diterima khalayak luas.
Bandingkan kosa kata
pejuang syariah-khilafah dengan kosa kata yang digunakan iklan. Kita akan
menemukan, bahwa ternyata sebagai da’i kita tak jauh beda dengan PENCACI, malah
lebih buruk lagi:
Akankah objek dakwah
kita akan menerima saat kosa kata yang terlontar adalah:
“Kafir …
Musyrik …
Anjing Amerika …
Thogut …
Penjilat …
Ahli neraka …
Musyrik …
Anjing Amerika …
Thogut …
Penjilat …
Ahli neraka …
dan lain-lain yang
terlalu memilukan dan memalukan.
Singkat kata, dakwah
itu erat kaitannya dengan kemasan, perlu keahlian menyampaikan. Jika salah
mengemas dan menyampaikan, maka relakan bila kita kalah oleh praktik-pratik
yang diharamkan.
https://www.islampos.com/perjuangan-syariah-khilafah-dan-iklan-rokok-50281/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar