By: Nandang Burhanudin
Tak akan menduga, bahwa di balik bentuk fisik maskulin seorang
pria, terdapat energi lebih mengungguli banyak wanita. Bila "hobi
masak" lazim diklaim sebagai naluri wanita, namun faktanya chef-chef dunia
didominasi pria. Jika perhiasan, fashion, model, hingga asesoris identik dengan
perempuan. Faktanya desainer dunia, pencipta beragam asesoris dunia adalah
pria.
Oleh karena itu, Al-Qur'an mengabadikan keunggulan-keunggulan
itulah yang membuat pria menjadi pemikul beban mengungguli wanita-wanita. Plus
keunggulan dalam hal "kewajiban menafkahi" dari harta yang ia
hasilkan, baik dari warisan maupun usaha sendiri (An-Nisa: 34). Tabiat dasar
pria adalah pemilik mahkota. Sedang mahkota terindah adalah wanita-wanita
shalihah.
Faktanya, banyak wanita yang menolak halus atau terang-terangan
atas keajaiban pria. Siti Hawa saja "merasa" diposisikan dirinya
sebagai "subordinat pria". Reaksi Siti Hawa melampaui batas, ia
tergoda rayuan setan untuk kemudian merayu Adam a.s. melakukan hal-hal yang
dilarang Allah Ta'ala. Oleh karena itu, hal yang lumrah dan wajar, bila
penolakan terhadap aturan Allah lebih sering dilakukan wanita sendiri.
Dengan demikian, saya berkesimpulan. Wanita itu memiliki
kekuatan dalam al-iraadah al-muharrikah (motivasi daya gerak). Sedangkan pria
memiliki al-iraadah al-fa'ilah (motivasi daya tindak). Keunggulan wanita yang
cenderung lembut, halus, dan feminim membuat pria manapun mudah patuh dan
tunduk menjalankan motivasi-motivasi apapun. Positif maupun negatif. Nabi
sendiri menjadikan "domain wanita" sebagai salah satu motivasi yang
mempengaruhi niat seseorang untuk berhijrah atau beramal.
Di titik ini, keajaiban bagi seorang pria adalah ketika ia mampu
mendidik wanita-wanita yang ia pikul menjadi shalhah. Tanggungjawab pria tak
pernah berakhir. Dimulai saat ia menjadi suami. Ia wajib menshalihatkan
istri-istrinya. Ketika menjadi ayah, ia wajib menshalihatkan putri-putrinya.
Nah saat ia menjadi anak, maka ia wajib menjaga keshalihatan ibu-ibunya. Saat
wanita menjadi shalihat, surga menanti bagi sang pria.
Di titik ini pula saya memahami, syarat mencium bau surga dan
memasuki surga bagi wanita teramat mudah. “Jika seorang wanita selalu menjaga
shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga
kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada
wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.”
(HR. Ahmad; shahih)
Namun
sekali lagi, wanita enggan menerima kemudahan itu. Maka Allah pun mendekatkan
wanita ke neraka dengan sebab-sebab yang teramat mudah. Hanya dengan tidak
menutup aurat, berpakaian tapi telanjang, menebar harum wangi di tubuh saat
keluar rumah, menggosip, dan tidak taat pada suaminya. Sedangkan syarat surga
bagi pria, ternyata sangat berat! Shalat saja tidak cukup. Jihad pun berkurang
pahalanya. Bila ia tidak memuliakan ibu, istri, putri-putrinya, yang tiada lain
mereka adalah wanita! Ajaib bukan? Mahaadil Allah atas segala takdir-Nya.
15
April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar