By: Nandang Burhanudin
Nampaknya, perang yang berkecamuk di Yaman tidak akan
selesai dalam minggu atau bulan. Perang akan berkepanjangan. Tidak lagi antara
9 negara Sunni vs Syiah Houtsi, tapi juga melibatkan negara-negara besar.
Ya. Raja Salman sebagai komandan koalisi berhadapan
pada fakta pengkhianatan di lapangan:
1. Pengkhianatan Uni Emirates Arab, yang membocorkan
detail serangan 'Ashifatul Hazm kepada anak-anak Abdullah Shalih. Salah satu
anaknya kini menjadi Dubes Yaman di Emirates. Bocornya detail serangan ini,
membuat serangan 'Ashifatul Hazm tidak efektif.
2. Pengkhianatan Junta kudeta As-Sisi di Mesir. Di era
Raja Abdullah, As-Sisi mengatakan, akan menjadi pelindung negara-negara Teluk
termasuk Saudi. Baginya Mesir dan Teluk ibarat 2 sisi rel kereta api. Mudah!
Namun kini, As-Sisi malah balik arah. Ia tidak akan mengirimkan pasukan Mesir
membantu Saudi Arabia dalam perang Yaman.
3. Pengkhianatan Russia dan AS.
Russia jelas-jelas membackup Syiah Houtsi dengan
senjata-senjata rudal anti pesawat. Plus senjata serbu yang biasanya hanya
dimiliki pasukan reguler. Padahal di era Menhan Bandar bin Sulthan, Saudi
memborong puluhan pesawat tempur dengan syarat RUssia mendukung kudeta di
Mesir. Di sisi lain, AS pun mengkhianati Raja Salman. Puluhan ribu pasukan AS
di Saudi Arabia dan Qatar, nampaknya memilih diam dan membiarkan Saudi melawan
SYiah Houtsi sendirian. Belum lagi kesepakatan AS-Iran soal senjata nuklir yang
baru ditandatangani. Hal yang membuat Raja Salman marah!
4. Pengkhianatan intelejen.
Perlu diketahui, intelejen Saudi masih terpengaruh oleh At-Tuwaijiri. Sekian puluh tahun menjadi orang paling dominan, tentu tidak serta merta bisa disingkirkan hanya dalam hitungan bulan.
Perlu diketahui, intelejen Saudi masih terpengaruh oleh At-Tuwaijiri. Sekian puluh tahun menjadi orang paling dominan, tentu tidak serta merta bisa disingkirkan hanya dalam hitungan bulan.
Sebagai jalan keluar, Raja Salman mau tak mau harus
kembali merevisi kebijakan Raja Abdullah yang terang benderang mendukung kudeta
di Mesir. Seperti diketahui, Raja Salman pernah mengatakan, "Zhalamna
Mursi" (Kita telah menzhalimi Presiden Muri). Raja Salman termasuk yang
tidak setuju kudeta di Mesir.
Kini seiring dengan kebutuhan personil darat melawan
Syiah Houtsi yang tidak bisa hanya dengan serangan udara, Raja Salman melakukan
rekonsiliasi dengan Al-Ishlah Yaman sayap Ikhwanul Muslimin di Yaman.
Targetnya, Ikhwan Yaman akan menjadi personil darat vs milisi Syiah Houtsi.
Kemudian memperbaiki hubungan dengan Qatar dan TUrki. Plus kemungkinan besar,
Raja Salman akan mendorong jenderal militer Mesir lainnya untuk menggantikan
As-Sisi.
Saya hingga kini masih terus mendoakan, Raja Salman
dalam keadaan sehat walafiat. Lalu memohon kepada Allah dalam istikhoroh
panjang, agar menunjukkan jalan terbaik. Karena nampaknya AS-Russia sepakat,
membiarkan Teluk terutama Saudi Arabia berdarah-darah. Targetnya jelas,
menyedot sumber daya ekonomi dan uang yang berlimpah di negara Teluk hingga
kering sekering-keringnya.
06
April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar