By : Nandang Burhanudin
*****
Turki, Saudi, Qatar berusaha
menekan AS agar menggagalkan vonis hukuman mati terhadap Presiden Mursi. Namun
nampaknya, sosok Mursi bukanlah sosok "manja" yang bermental
"cemen". Mursi hasil tarbiyah Ikhwanul Muslimin, yang teguh dengan
komitmen: "Mati di jalan Allah cita-cita tertinggi."
Ya. Setelah vonis
hukuman mati atas tuduhan kabur dari penjara, yang dinafikan oleh mantan
Mendagri junta kudeta sendiri, karena ternyata nama Mursi tidak terdapat dalam
daftar kriminal atau tawanan politik yang dipenjara. Pun tuduhan
"membocorkan rahasia negara" terhadap Qatar, adalah tuduhan rekayasa.
Sebab sejatinya
"Hukuman mati,
tidak dan sama sekali tidak akan mengubah apapun (prinsip) saya. Sebagaimana
hukuman mati tidak jauh beda dengan eksekusi penembak jitu, yang bisa membunuh
si A atau mengenai si B. Saya tegaskan, tetap konsekwen dengan prinsip dan
sikap tegas menghadapi kudeta."
Demikian cuplikan
surat Presiden Mursi yang dibacakan puteranya Usamah Mursi. Jika saja Mursi
mencari hidup, tentu sejak awal Mursi akan menuruti rayuan Catherine Aston,
Direktur Hubungan Luar Negeri Uni Eropa di awal kudeta. Namun Mursi sebagaimana
para syuhada Ikhwanul Muslimin lainnya, diyakini tidak akan menyia-nyiakan
darah syuhada yang tertumpah dan gadis-gadis Akhwat Mesir yang dihinakan junta
kudeta.
Mursi memang tengah
menuliskan sejarahnya sendiri. Dipastikan, 50-100-hingga 200 tahun kemudian,
sejarah pun mengabadikannya sebagai pemimpin yang teguh pendirian, bukan diam
di persembunyian.
25Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar