By: Nandang Burhanudin
****
Bocoran proyek Pentagon sebanyak 1736 halaman,
mengungkapkan rencana AS memecah belah negara-negara Arab termasuk negara
Teluk. Proyek hasil kajian dengan 120 peneliti ahli dan terdiri dari empat
bidang kajian, berisi tentang skenario chaos yang dilakukan secara bertahap
hingga target utama tercapai.
Studi tersebut di antaranya
mengungkapkan peta kekuatan militer negara Arab dan Timur Tengah, pasca
kehancuran militer Irak di tahun 2003. Hasil kajian meliputi militer Iran,
militer Syiria, militer Mesir, militer Saudi Arabia, militer Pakistan, dan
militer Turki. Seluruhnya dianggap masih memiliki power dengan alat utama
sistem persenjataan yang cukup mumpuni.
Di antara hasil riset
soal kekuatan militer setebal 432 halaman, terungkap strategi
"penghancuran" atau paling minimal "pelemahan" sebagai
berikut:
1. Pelemahan militer
Syiria ditargetkan berakhir Februari 2013. Terbukti target ini berhasil.
2. Pelemahan militer
Mesir dengan disibukkan kudeta dan perebutan kekuasaan. Targetnya kurang dari
10 bulan. Terbukti target ini pun berhasil.
3. Pelemahan militer
Saudi Arabia dengan "merancang" perang jalanan di Yaman, Timur Saudi,
ISIS di Irak, dan Iran.
4. Pelemahan militer
Iran dengan skenario perang Sunni-Syiah antara Saudi Arabia vs Iran.
5. Pelemahan militer
Pakistan dengan skenario "neutralizing" dimana Pakistan tidak
terlibat secara langsung dalam konflik.
6. Pelemahan militer
Turki dengan perang melawan Assad dan ISIS di perbatasan.
Di antara bocoran
lainnya adalah soal dukungan AS dalam membonsai gerakan Ikhwanul Muslimin. AS
yang tidak lain Big Israel, tidak membantah bahwa ia dibalik kudeta militer di
Mesir. Sejak lengsernya Mubarak, AS menantikan "pertumpahan darah"
dan perang saudara antara Ikhwanul Muslimin vs militer. Hal yang selalu
dihindari Ikhwanul Muslimin, dan lebih merelakan kader-kader Ikhwan menjadi
syuhada dibantai militernya sendiri.
Oleh karena itu,
satu-satunya negara yang masih memiliki daya tawar melawan AS adalah Turki.
Sedangkan Saudi Arabia dan Qatar, terancam bayang-bayang "kudeta" dan
kekacauan dalam negeri. Praktis tak berkutik jika berhadapan dengan AS. Namun
peran Turki pun sangat terbatas, mengingat Turki bukan bagian dari negara Arab.
Sedangkan Jordania dan negara-negara Arab lainnya, tidak termasuk hitungan
"ancaman serius" bagi AS (Israel).
Di titik ini saya
melihat, Turki sangat berhati-hati dalam melangkah. Terbukti Turki tidak
"tertarik" melawan ISIS, sebagaimana tidak mau berperang langsung
melawan Assad bahkan tidak membantu Saudi Arabi menghadapi Syiah Houtsi. Sebab
Turki paham, semua adalah skenario Pentagon untuk memecah kembali Timur Tengah
setelah Khilafah Utsmaniyah runtuh. Terbukti Sudan dibagi dua, Irak-Syiria
dibagi tiga negara kecil. Menyusul kemudian Libya. Semoga kita paham!
25Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar