By: Nandang BUrhanudin
****
Seorang faqir mengadukan diri pada seorang pendeta. Di
antara yang ia keluhkan adalah: kondisi rumah yang teramat sempit untuk
menampung dia-istri-dan 6 orang anaknya. Mendengar demikian. Solusi yang
ditawarkan si pendeta adalah, memasukkan burung-burung ke rumahnya. Tak lama
kemudian, si faqir kembali mengadu bahwa kondisinya lebih buruk. Nasihat sang
pendeta adalah memasukkan kandang kucing ke dalam rumah. Terus berulang-berulang kali si faqir tak kenal lelah mengeluh,
mengadu, namun solusi yang ditawarkan hanyalah kegaduhan di atas kegaduhan.
"Pendeta, saya lelah.
KOndisi saya makin sulit. Adakah kiranya jalan keluar terbaik yang bisa tuan
berikan?" tanya si faqir.
Apa jawaban si
pendeta? "Hai faqir, cobalah solusi terbaik saya. Mulai besok, keluarkan
semua kandang, sangkar, hingga rerumputan makanan sapi. Niscaya kamu akan
merasakan kondisi lebih baik."
Benar, selang dua
hari si faqir memuji-muji solusi yang ditawarkan si pendeta, dan kini ia merasa
lebih bahagia.
Sahabat! Indonesia di
era Jokowi mirip nasihat si pendeta di atas. Rakyat tak ubahnya sosok faqir
yang tak berdaya, kecuali menerima apapun yang disampaikan si pendeta. Apa yang
terjadi? Berharap kondisi yang terbaik, namun faktanya, ia merasakan
sebaliknya. Kondisi semakin buruk, buruk, dan lebih buruk.
Contoh sederhana,
rakyat mengeluhkan harga-harga yang semakin mencekik. Kebijakan Jokowi justru
menaikkan BBM. Harga gonta-ganti dari harga 6500, berubah ke 8900. Namun
akhirnya rakyat menerima pasrah saat harga bertengger di 7600, menganggap lebih
baik dari harga 8900.
Demikian dengan
kebijakan penanganan korupsi. Kasus-kasus kakap lenyap. Sim salabim, karena
rakyat diberikan nasihat si pendeta, ruang rumahnya diisi pelbagai kekisruhan:
burung, kandang kambing, sapi, hingga rerumputan. Ujung-ujungnya, rakyat
menganggap korupsi bukan kejahatan. Ingatlah kasus BG dihentikan! Demikian
kasus korupsi Transjakarta. Jangan harap BLBI, korupsi Mega, skandal Lapindo,
skandal lelang Indosat, Century bisa diseret ke meja hijau.
Hampir mirip dengan
di Mesir. Masyarakat di Mesir zaman Mursi, sudah diajak untuk menerima 1 juta
IPAD. Namun kini, tuntutannya bisa hidup saja sudah syukur. Sayangnya kita tak
siuman.
27Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar