Ga muslim
aja kudu baik. Apalagi jadi muslim, ya mestinya kudu tambah baik. Dan saya
yakin masih buanyak yang baik. Buanget-buanget. Jangan menafikan juga. Bila ada
yang salah menilai Islam dan Muslim, ga usah sewot dan marah. Tapi ga perlu
membuktikan apapun kepada mereka. Sebab berbuat baik, kudu ikhlas.
Islam itu
beauty buanget-buanget. Saya puas, ridho, seneng, menjadi muslim. Ga apa-apa
bila ada yang menghujat Islam dan Muslim, sebab barangkali ga tau aja. Ditambah
lagi, perilaku sebagian muslim. Walau harusnya adil juga, bahwa kejahatan,
keburukan, adalah juga dilakukan sama yang lain.
Kenapa jika
muslim jelek, langsung keliatan? Sebab jumlahnya banyak. Jadi langsung
keliatan. Ditambah dengan ada yang mem-publish. Ya tambah keliatan. Tapi Allah
berfirman, laa takhof walaa tahzan. Ga usah kebanyakan takut dan khawatir.
Happy aja. Berbuat aja yang terbaik. Lillaahi ta’aalaa tapi.
Dalam urusan
kebangsaan dan bernegara, negeri ini punya kesempatan yang sama untuk semua
yang punya niat majuin bangsa dan negerinya. Fastabiqul khairat aja.
Ga usah jadi
the loser dengan banyak meratapi, banyak menyesali. Senyum aja. Salaman aja.
Bareng-bareng aja. Sambil titip mereka yang berbeda untuk tetep satu tujuan.
Karena negeri ini memberi kesempatan yang sama, seyogyanya pemuda Islam juga
bangkit. Beri manfaat sebanyak-banyaknya dan kenyamanan bagi semua warna.
Jangan lupa.
Kemampuan memberi senyuman, kemampuan salaman, menyalami, duduk bareng, dan
duduk bersisian, akan membuat Kita justru mulia. Bahwa kalo orang lain yang
jadi pemimpin, bagaimana bisa membela kita? Ya mikirnya simpel aja. Kita cuma
butuh Allah kok untuk yang jadi pembela. Bukan manusia.
Maka kita
pun ya harus berbaik-baik aja sama Allah. Penuhi hak-haknya Allah, yakni
jalankan kewajiban kita. Tar semua hak kita pun terlindungi dengan baik.
Dikasih masjid, misalnya, ga dipenuhi. Ga diisi. Lalu bila Allah pinjam tangan
orang lain untuk menggusur masjid, ya bukan salah siapa-siapa. Kita.
Yang harus
dilakukan oleh ummat Islam saat ini adalah berusaha menjadikan dirinya adalah
sebaik-baiknya Muslim. Kemudian berdakwah keluar dengan lembut dan elegan.
InsyaaAllah belum terlambat. Bicaranya bukan today, atau next week, month, or
year. Tapi berproses alamiah. Biar cintanya juga alami. Bukan paksaan.
Sebaik-baik
harta tetep harta yang di tangan mereka yang saleh salehah. Sebaik-baiknya
kekuasaan juga begitu. Jadi berkah dan rahmat. Sebab apa? Sebab aspeknya bukan
hanya horizontal. Tapi vertikal. Ilahiyah. Visi misi harta dan kekuasaan yang
juga berwajah ilahiyah, selain horizontal, jadi nilai plus.
Maka jika
ditanya, lebih baik mana milih yang nonmuslim, atau muslim? Jawabannya baiknya
perenungan dan bukan sesuatu yang instan. Hindari konflik. Sungguh Kekuasaan
tetep milik Allah. Allah akan kuasakan kepada yang dikehendaki-Nya. Jika ada
yang salah, maka jangan kita yang salah emang.
Pahami pesan
Allah juga sebaik-baiknya. Kenapa terjadi ini terjadi itu. InsyaaAllah jadi
arif. Banyak introspeksi diri, dan ketemu kemudian jalan-Nya.
Buat
kawan-kawan nonmuslim seluruh tanah air, mari sama-sama bersihin niat dan
bersihin diri untuk berbuat yang terbaik buat bangsa dan negara. Barengan. Tapi
bila judulnya sudah aqidah, maka tidak ada kompromi apapun. Berbeda bukan
berarti tidak bersatu. Biasa aja.
Saat saya
melakukan serangkaian kegiatan ekonomi, demi Allah, saya pun berbuat untuk
semua ummat. Ga cuma untuk Islam dan Muslimin yang saya cintai. Dan begitulah
seharusnya kita. Menjadi rahmat bagi semesta bahkan, dengan segala isinya.
Kita cintai
mereka, mereka juga akan mencintai kita. Tapi mencintai karena Allah. Sebab
dengan bangga saya mengatakan bahwa Allah, Tuhan saya menyuruh saya mencintai
sesama. Ini Perintah-Nya. Saya wajib taat.
Salam,
@Yusuf_Mansur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar