Da’i dan da’iyat adalah nukhbah
taghyiriyah(kader perubah). Tentunya bukan
perubahan menurut hawa nafsu, keinginan, atau seleranya. Akan tetapi
perubahan-perubahan yang dilandasi
sumber rabbaniyah. Asas taghyir yang paling mendasar adalah ishlah yang rabbani, yaitu perubahan
yang selalu dimulai dari manusianya, selamanya! Seluruh perubahan, apakah
perubahan dari baik ke arah buruk, atau perubahan dari buruk ke arah baik,
faktor utamanya adalah manusianya. Itu konsepsi Al-Qur’an. Mengenai perubahan
dari baik menjadi buruk,lihat dalam surat Al-Anfal ayat 53, di situ Allah berfirman,
“(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka
sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Ni’matan artinya dari
kebaikan. An’ama ‘ala qaumin, kebaikan yang diberikan sebagai sifat kepada suatu
bangsa—suatu umat. Hattaa yughayyiru maa bi anfusihim, sehingga mereka merubah maa
bi ankfusihim, karakter dirinya. Sebab kebaikan atau kenikmatan terkait
langsung dengan al-akhlaq al-mahmudah (akhlak terpuji). Kenapa bisa hidup damai, tentram, sejahtera?
Karena di masyarakat itu setiap individunya amanah. Namun jika amanah itu
berubah menjadi khianat, maka langsung malapetaka yang akan muncul. Jika
istiqamah itu berubah jadi nifaq, maka kerusakanlah yang akan muncul. Begitu
juga jika kemurahan hati berubah menjadi bakhil, maka langsung saja hasud dan khiyal (sangkaan) akan
muncul. Jadi, pokok pangkal perubahan dari kenikmatan menuju malapetaka adalah maa bi anfusihim.
Malapetaka
akan muncul jika amanah berubah menjadi khianat. Karakter
istiqomah berubah menjadi nifaq. Karakter karam
(pemurah) menjadi bakhil. As-Shidiq -
perilaku benar – menjadi kadzib. Perilaku Islam menjadi jahiliy. Al-Iman menjadi kufur. Seluruhnya adalah sumber perubahan nikmat
kepada bencana. Sedangkan dalam surat Ar-Ra’du ayat 11, Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, maaini nasib, maa bi qaumin – nasib buruk
suatu kaum - hatta yughayyiru maa bi anfusihim, sehingga kaum itu merubah karakter-karakter buruknya; khianat
menjadi amanah, nifaq menjadi
istiqamah, bakhil menjadi karam, kadzib menjadi shidiq, jahil menjadi
islami, kufur menjadi
iman. Konsep
rabbani ini adalah konsep
yang paling bijaksana, karena merubah dari manusianya.
Peringatan kepada Kader Gerakan Perubahan
Sebagai kader gerakan perubahan, terkait dengan pemilu, kita
tidak boleh mengumpulkan harta, apalagi dengan korupsi, manipulasi, atau
cara-cara haram. Kadang-kadang semangat intifa’ (pemanfaatan) dari musyarakah,kalau gegabah - tidak dikontrol secara syar’i, akan berubah
menjadi musyaraqah (saling mencuri).Hati-hati Walikota! Hunaka khutharah- disana
ada hal-hal yang membahayakan- jangan berpikir, ‘mumpung berkuasa, ngumpulin dana buat
pemilu’. Kadang-kadang dibingkai dengan sebutan ‘Infaq Dana Dakwah’. Hati-hati,
kenapa? Karena selain gerakan Islam, kita adalah partai dakwah. Kita tidak
ingin melakukan perubahan dengan mengorbankan akhirat kita; memperbaiki
kehidupan dunia kita tapi dengan mencabik-cabik agama kita. Akhirnya laahiquna yabqa walaa ma yurakhiqu, dunia tidak didapat, bahkan tidak tersisa, diin kita hilang. Itu
bukan manhaj kita. Dan kita memang bukan harakah tarqi’iyah,harakah
yang tambal sulam, tapi kita adalah harakah
ishlahiyah.
Pasted Form: Majalah Intima’ No. 60 Edisi Februari- Maret
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar