By: Nandang Burhanudin
****
Mari sejenak berpikir. Betapa
kekufuran satu sama lain bahu membahu. Mereka menyingkirkan perbedaan, demi
sebuah tujuan: penghancuran Islam dan penguasaan SDA yang ada di dunia Islam.
Setidaknya, ada tiga koalisi besar yang saat ini terus menerus menghancurkan
apa yang tersisa dari umat Islam.
Jujur kita
akui. Negara-negara kecil saat ini dampak dari kekalahan Khilafah Ustsmaniyah
dan pemberontakan kabilah-kabilah Arab yang didorong penjajah
AS-Inggris-Perancis-Uni Soviet. Namun mereka pun tidak rela, jika umat Islam
yang terpecah ke dalam negara-negara kecil itu pun tetap berjaya.
Maka
umat Islam dibuat tak berkutik, dengan isu-isu dan konflik berkepanjangan. Di
saat umat Islam disibukkan dengan isu khilafah dan khilafiyah, Syiah bersama AS
memperkuat persenjataan. Di saat umat Islam sibuk dengan isu terorisme, Israel
dan AS sibuk memperluas wilayah dan penguasaan ekonomi. Di saat umat Islam
sibuk dengan candaan poligami, China membanjiri dunia Islam dengan
produk-produk rumah tangga.
Contoh:
Rakyat Sudan disibukkan dengan isu penangkapan Presiden Bashir. Tanpa sadar, 2
tahun kemudian, Sudan terpecah dan Sudan Selatan merdeka. Saat Palestina
disibukkan dengan pembentukan rekonsiliasi FATAH-HAMAS, Israel mengambil alih
cadangan gas yang dimiliki Gaza dan berada di ZEE Gaza. Cadangan gas di atas 1
triliyun kubik. Saat Mesir sibuk dengan kudeta, Israel mencuri gas dari ZEE
laut milik MEsir. Cadangan gas lebih dari 3 triliun kubik, yang membuat Mesir
kini mengimpor gas dari Israel.
Demikian
dengan negara-negara Teluk. Setiap kali ada isu konflik Syiah-Sunni, Iran
menjajah 3 pulau milik Emirates Arab yang kaya cadangan minyak dan gas. Ketika
ISIS dimunculkan, Iran mengokohkan penguasaan terhadap minyak Irak. Sama halnya
dengan Indonesia. Ketika rakyatnya disibukkan dengan perilaku AHOK. China
langsung menyapu bersih proyek 24 pelabuhan dan Iran Syiah menyapu bersih
perkebunan di Indonesia.
Di
saat umat Islam sibuk tentang haram-halalnya demokrasi. Syiah Iran menjalankan
demokrasi, Hindu India berdemokrasi, Budha Thailand, Kongfuchu China
berdemokrasi. Giliran umat Islam berjuang via demokrasi, umat dipusingkan
dengan fatwa haram-thogut-antinasionalisme. Giliran menang: HAMAS dikudeta, IM
dikudeta, FIS dikudeta. Giliran kalah, semua gigit jari. Si peneriak anti demokrasi
dan penyeru golput pun, malah tiarap tak lagi bersuara.
Jadi
kawan, sudah terlalu lama kita dibuat tak berdaya. Dijerat dalam skenario yang
sistemik, terstruktur dan massif. Mari kembali berpikir sejenak. Janganlah kita
menjadi umat yang teriak-teriak ingin terbang ke langit, tapi berpijik ke bumi
pun tak mampu. Jangan pula hanya sekedar teriak ingin menyatukan dunia, tapi
tak satupun pulau yang kita jaga sebagai percontohan nyata. Cukupkah Jokowi,
As-Sisi menjadi pelajaran. Itu pun jika masih punya akal.
29 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar