By: Nandang BUrhanudin
****
Ia racun dunia.
Rambutnya dawai penggoda.
Air matanya buaya.
Senyumnya memendam luka.
Kata-katanya jebakan durjana.
Rakyat Jabar tahu siapa dia.
Karenanya tak ada yang terpedaya.
Hanya segelintir yang terpesona.
Jelmaan PKI sepanjang masa.
Ber-Islam hanya saat Pilkada.
Karenanya tak ada yang terpedaya.
Hanya segelintir yang terpesona.
Jelmaan PKI sepanjang masa.
Ber-Islam hanya saat Pilkada.
Gagal di Jabar, bernafsu jadi
walikota.
Mendadak berkerudung menebar asa.
Mengelabui awam ia berkharisma.
Padahal tak lebih sosok jumawa.
Sikut kanan-kiri, jilat Mbah Tua.
Mendadak berkerudung menebar asa.
Mengelabui awam ia berkharisma.
Padahal tak lebih sosok jumawa.
Sikut kanan-kiri, jilat Mbah Tua.
Mengajak menduduki
Istana.
Tak lebih skenario tebar pesona.
Meminta maaf tak ada makna.
Karena dia bagian hidden agenda.
Para ordo dan penguasa dunia.
Tak lebih skenario tebar pesona.
Meminta maaf tak ada makna.
Karena dia bagian hidden agenda.
Para ordo dan penguasa dunia.
Ingatlah aktingnya
penuh dipu daya.
Yang disembunyikan teramat bahaya.
Demi ambisi ia rela berbuat nista.
Yang penting bisa berkuasa.
Halal-haram tak menjadi kendala.
Yang disembunyikan teramat bahaya.
Demi ambisi ia rela berbuat nista.
Yang penting bisa berkuasa.
Halal-haram tak menjadi kendala.
Cukup sudah wanita
durjana berkuasa.
Satu saja Indonesia dibuat tak berdaya.
Ia tak cinta rakyat dan negara Indonesia.
Loyalitasnya hanya pada Taipan China.
Mempermulus lelang sumber daya.
Satu saja Indonesia dibuat tak berdaya.
Ia tak cinta rakyat dan negara Indonesia.
Loyalitasnya hanya pada Taipan China.
Mempermulus lelang sumber daya.
29 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar