By: Nandang Burhanudin
*****
Terlalu dini menyimpulkan, bahwa belum genap tiga
bulan kekuasaan Raja Salman, kini Saudi benar-benar berubah haluan dari
kerajaan yang didikte AS dan sekutunya menjadi kerajaan yang bersahabat tapi
berani mengambil keputusan. Dalam arti, Saudi di era King Salman memilih tidak
membuka konfrontasi dengan Amerika. Di sisi lain, mengedepankan independensi
dalam pengambilan keputusan.
Langkah King Salman terbilang
berani. Dalam tiga bulan berkuasa, King Salman memberhentikan "orang-orang
berpengaruh Saudi". Di antaranya:
1. Khalid At-Tuwaijiri, penasihat utama Raja Abdullah.
2. Pangeran Bandar bin Sulthan, Kepala Badan Intelejen Saudi.
3. Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz, Putera Mahkota Saudi Arabia.
4. Pangeran Suud Al-Faishal, Menlu Saudi selama lebih dari 4 dekade.
5. Pangeran Mut'ib bin Abdullah, Pengganti Putera Mahkota Saudi dan Komandan Garda Kerajaan, jabatan yang diberikan Raja Abdullah.
1. Khalid At-Tuwaijiri, penasihat utama Raja Abdullah.
2. Pangeran Bandar bin Sulthan, Kepala Badan Intelejen Saudi.
3. Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz, Putera Mahkota Saudi Arabia.
4. Pangeran Suud Al-Faishal, Menlu Saudi selama lebih dari 4 dekade.
5. Pangeran Mut'ib bin Abdullah, Pengganti Putera Mahkota Saudi dan Komandan Garda Kerajaan, jabatan yang diberikan Raja Abdullah.
Perlu dijadikan
catatan, kelima tokoh di atas adalah tokoh sentral Saudi Arabia yang mendukung
kudeta Jenderal As-Sisi di MEsir terhadap Presiden Mursi. Juga tokoh sentral
dalam setiap perlindungan yang diberikan kepada mantan Presiden Yaman, Abdullah
Saleh. Diprediksi, King Salman benar-benar "membersihkan" jajaran
kerajaan Saudi dari pihak-pihak yang selama ini memperburuk hubungan Saudi
dengan blok Sunni yaitu Ikhwanul Muslimin, Qatar, Turki. Efeknya, justru
pengaruh Iran semakin kokoh di kawasan Timur Tengah.
Satu hal yang patut
diperhatikan, keputusan King Salman membuat Amerika dan sekuturnya wait and
see. Perubahan putera mahkota dan naiknya Muhammadain (Muhammad bin Nayef dan
Muhammad bin Salman) di posisi kunci Saudi masa depan, menyulitkan Amerika
membaca arah kebijakan Saudi sebagai sekutu utama hampir 100 tahun lebih.
Terlebih AS sulit membaca file calon pengganti Putera Mahkota Muhammad bin
Salman (33) tahun yang masih belia. Untuk menenangkan Amerika atas strateginya,
King Salman mengangkat Adil Al-Jubair sebagai Menlu. Adil Al-Jubair adalah
sosok pakar studi Amerika dan mantan Dubes Saudi di Washington.
Saya menunggu langkah
King Salman membatalkan dukungan Saudi kepada Junta kudeta di Mesir. Kemudian
menghukum Emirates Arab yang cenderung merusak soliditas Sunni. Nah, menjewer
Raja Jordania yang sangat Israel minded. Semua dengan strategi: airnya jernih,
tangkap ikannya. Untuk sementara, tidak dengan strategi konfrontasi memutus
hubungan dengan AS atau perang terbuka dengan Iran dan sekutunya. Saya optimis,
King Salman mampu memikul harapan besar umat Islam dan menjadi Raja bagi Rumah
Besar umat Islam. Semoga ke depan hadir pemimpin-pemimpin besar mulai dari King
Salman hingga Erdogan plus pemimpin binaan Ikhwanul Muslimin. Allaahu Akbar!
02 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar