Inspirasi
pagi
☕️☕️☕️☕️
JAM TANGAN
KEJUJURAN
Kejujuran
pernah dianggap sebagai sebuah prestasi, kini semua orang berlomba-lomba untuk
tidak jujur. Adakah masih tersisa kejujuran?
“Nak, ini
hadiah yang dulu ayah pernah terima, jam tangan. Peganglah Nak…” pinta seorang
ayah sambil memberikan jam tangan kebanggaannya.
“Apa
istimewanya jam ini Ayah?”
“Jam tangan
ini Jam Tangan Kejujuran. ‘Satu-satunya penghargaan dari manusia’ atas
kejujuran ayah. Jam ini ayah dapat sebab ayah tidak pernah terlibat satu
skandal pun di kantor selama 15 tahun. Yang dapat ini bukan ayah saja. Tapi
banyak juga kawan yang lain.”
Sang ayah
menerawang ke beberapa tahun yang silam. “Nak, dulu, kejujuran dianggap sebuah
prestasi. Ayah, dan kawan-kawan ayah senantiasa berusaha menjaga kejujuran.
Ada, atau tidak ada penghargaan. Kini, engkau saksikan semua orang
berlomba-lomba untuk tidak jujur. Ayah tidak ingin engkau ikut-ikutan
perlombaan sesat tersebut.”
Ada pameo
yang mengatakan, mudah mencari orang pinter, tapi susah mencari orang yang
jujur, yang bener.
Sudah segitu
parahkah tingkat kejujuran di negeri ini? ya sekarang lihat saja diri kita
sendiri. Adakah ia sudah pandai berbohong? Atau ia selalu mengutamakan
kejujuran? Jawabannya tentu saja ada pada diri masing-masing, dan tentu saja
jawab yang jujur!
Jujur rugi,
bohong untung. Maksudnya, bila kita jujur maka kita akan rugi. Sedangkan jika
berbohong, untung. Ini yang terlanjur melekat di masyarakat. Seolah berat benar
bila mengusung kejujuran. Karena jujur berarti berlama-lama miskin, jujur
berlama-lama berpangkat rendah. Semua orang harus bohong kalau mau senang,
semua orang mesti bohong kalau mau cepat maju, cepat kaya.
Hancurlah
wajah kehidupan bila kejujuran sudah menghilang. Yang perlu diketahui adalah
percuma saja bila riwayat kesuksesan dibangun di atas kepalsuan, kebohongan.
Silahkan
saja bangun kemewahan di atas ketidakjujuran. Kelak, kita akan menemukan
kemewahan yang kita genggam akan hilang cahayanya. Kata orang tua mah, engga
ada berkahnya. Padahal keberkahan atas setiap rezeki itulah yang membuat kita
bisa menikmati setiap tetesan kenikmatan.
Coba saja
pikir, bila berharta tidak berkah, di mana di balik cerita kekayaan kita ada
tangisan sekian orang. Gimana kalo saatnya kita nikmatin tuh kekayaan kita
ditangkep? Atau saatnya kita nikmatin tuh kekayaan, kita dibuat sakit oleh
Allah? Mau?
Pilihlah,
mau sekedar enak lalu kemudian sengsara? Atau, bersabar dulu, sampe kemudian
kesenangan yang kita genggam awet?
Sesungguhnya
kejujuran adalah sebuah keharusan. Hanya sebab ia barang langkalah yang membuat
seseorang yang jujur lalu diacungin jempol.
Source:
yusufmansur.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar