SIAPA yang
mengakui mencintai Rasulullah Muhammad SAW, lalu tidak menjalankan sunnahnya,
adalah kebohongan belaka. Dikisahkan tentang bukti-bukti kecintaan Rasul kepada
kita. Salah satunya, ketika Rasul mau meninggal, di penghujung hayatnya, Rasul
memanggil-manggil ummatnya. Dan, itu berarti juga memanggil kita, kalau kita
mengaku ummatnya.
Sekarang,
ketika Rasul sudah menunjukkan cintanya kepada kita, apa yang kita tunjukkan
kepada Rasul bahwa kita pun mencintainya?
Siapa yang
menjaga salat wajib tepat waktu? Siapa yang menjaga salat wajib secara
berjamaah? Siapa yang menjaga salat wajib di masjid, bagi laki-laki? Semakin
jarang kita saksikan muslim di negeri ini yang menjaga hal ini. Padahal hal ini
teramat “diperhatikan” Rasul.
Rasul pernah
bilang, “Andai ada ummatku, yang mendengar azan, lalu ia tidak bergegas ke
masjid untuk salat berjamaah, kepengen rasanya aku membakar rumahnya.”
Rasul juga
pernah bilang, bahwa salat berjamaah itu dilipatgandakan pahalanya hingga dua
puluh tujuh kali lipat. Tapi kita tetap salat sendiri, seakan meremehkan
ucapannya Rasulullah.
Atau tidak
bisakah kita berlaku seperti Umar bin Khattab? Suatu hari, beliau terlambat
salat ashar. Sebab mengurus ternak kuda dan untanya. Dan ia datang ke masjid
dalam keadaan terlambat. Sesampainya di masjid, ia umumkan agar jangan ada satu
orangpun yang keluar dari masjid sebelum mendengar pengumumannya.
Setelah Umar
salat, ternyata Umar mengumumkan akan membagi-bagikan seluruh ternaknya kepada
para jamaah yang salat, dan ia mempersilakan saat itu juga untuk masing-masing
mengambil ternaknya.
Tahukah
saudara? Kenapa Umar mempersilakan para sahabatnya, para jamaah di masjid,
untuk mengambil untanya dan membagi-bagikannya sebagai hadiah? Rupanya Umar
marah kepada dirinya sendiri. Ia marah, sebab gara-gara ternaknya itulah, ia
menjadi terlambat salat ashar.
Subhânallâh,
lihatlah Umar. Hanya terlambat salat ashar ia sudah panik demikian rupa. Umar
berhasil menempatkan dunia lebih kecil daripada 1 salat ashar sekalipun (tidak
seluruh salat).
Dan tidakkah
kita belajar dari kisahnya Nabiyallah Sulaiman. Sama dengan kisahnya ‘Umar bin
Khattab, suatu saat Nabi Sulaiman pun dilalaikan oleh kuda-kudanya, oleh
hewan-hewan ternaknya dari ibadah kepada Allah. Dikisahkan Nabi Sulaiman memotong
semua ternaknya, agar tidak mengganggu ibadahnya. Subhanallah, kemudian Allah
menganugerahkan angin sebagai kendaraan yang bisa diperintahkan olehnya.
Lalu
lihatlah kita? Apa yang terjadi pada kita, yang mengaku mencintai Rasul, dan
mengaku ingin dicintai Rasul? Jangankan salat terlambat, tidak salatpun kita
“tetap santai saja berjalan”. Pantaskah yang begini mengaku mencintai Rasul,
dan dicintai Rasul?
Salat lebih
besar dari segala perniagaan dunia. Salat lebih besar dari segala aktifitas di
dunia ini. Dan salat lebih penting dari segala apa yang ada di dunia ini.
Mudah-mudahan kita diberi kepahaman oleh Allah akan hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar