Yaa Allah,
muliakan, sayangi, ampuni, berkahi, semua ayah dan ibunya kawan-kawan, dan ayah
ibunya segenap muslim dan muslimah, di semua buminya Allah.
Doa ibu itu
MaasyaaAllah. Kawan-kawan yang masih ada ibu, banyak-banyak minta doa. Ibu-ibu
yang masih pada ada umurnya, diminta atau tidak, banyak-banyak doain anaknya.
Teringat
awal-awal ngonsepin Patungan Usaha, yang berkembang jadi koperasi sekarang ini.
Dulu waktu di awal-awal saya ngetweet, saya masih belum tau mau apa.
Saya cuma
melihat, sayang amat, orang-orang kecil, pada ngumpul, tapi yang pada untung
orang-orang besar. Orang-orang besar untung gapapa, asal ajak-ajak yang kecil.
Orang-orang
miskin, orang-orang kecil, yang pada biasa aja, pada bantu orang kaya. Yakni
tatkala duitnya mereka-mereka disalurkan jadi modalnya orang kaya.
Sebenarnya,
gapapa juga. Toh jika dipakai benar, orang-orang kecil pada kerja, pada bisa
ikutan ngais rizki.
Tapi saya
ngajuin usul, gimana kalau derajat orang-orang kecil, para pekerja, para buruh,
mereka yang miskin, diangkat. Dengan menjadikan mereka juga sebagai owner.
Lahir lah di
tahun 2012 ide Patungan Usaha. Orang-orang pada ngumpulin duitnya, dengan modal
trust atau kepercayaan.
Saya yang
belum sempurna dan belum menyempurnakan, diamanahi uang yang tidak sedikit.
Sedang saat itu, pilihan usaha belum lah manteb.
Saat itu
adik saya ngasih tahu,Agar saya minta doa ke ibu. Jedder! Saya jadi istighfar
kelalaian saya.
Iya ya?
Kenapa ga ke ibu?
Lalu saya ke
ibu. Saya ceritain bahwa pengen banget ngajak jamaah, masyarakat, usaha. Ibu
malah minta dianter ke keluarganya.
Selang
beberapa hari, dengan izin Allah, saya nganter ibu. Nah, di sanalah opportuniti
hotel haji dan umrah di bandara Soekarno Hatta, terbuka.
Adik saya
nyenggol saya. “Tuh Ka…”, katanya. “Baru nganter ibu aja, udah dapet hotel…”.
Saya tersenyum. “Iya. Ajaib.”
Akhirnya
Patungan Usaha, terus bergulir. Di tengah cibiran orang-orang yang lebih
pinter, lebih ngerti, saya jalan aja terus dengan doa ibu.
Dulu, pas
makamin ibu, hadir Pak Ridwan dan Pak Basari, dari Horison manajemen hotel. Saya
nangis.
Saya bilang
ke beliau berdua, bahwa hotel ini, adalah juga amanah ibu, selain doanya ibu.
Jadi kita kudu berhasil. Apalagi amanah orang juga.
Meski ibu
udah ga ada. Tapi saya yakin, amal ini akan terus ngalir ke ibu. Ratusan orang
bakal kerja di hotel ini. Bukankah ini juga amal?
Belom lagi
rantai ekonominya. Suplier-supliernya, tetangga kanan kirinya, dan
berkah-berkah dari tamu-tamu yang pada mau haji dan umrah.
Ibu sudah ga
ada. Tapi doanya mudah-mudahan nempel terus di anaknya ini, dan kawan-kawan
semua. Secara saya tau, ibu seneng doain kawan-kawan juga. Dan saya mintakan.
Mudah-mudahan
koperasi yang didirikan dan dikembangkan, besok punya kemudahan pendaftaran dan
pembayaran atau transfer keanggotaan.
Soal amanah,
rasanya saya ga punya motivasi buat kaya dari koperasi atau sejak masih namanya
Patungan Usaha. Allah dah cukupin saya.
Semoga
dengan begini, amanah orang terjaga. Bukannya apa. Kalo soal amanah, soal niat.
Sistem kayak apapun, kalo niatnya jelek, ya ancur.
Dulu di
antara sekian bisikan saya, ke ibu, sebagai janji, selain mahkota Quran, dan
lain-lain, saya pun bisikkan soal ekonomi, he he.
Aneh emang.
Kayak ga nyambung. Tapi saya mau ibu saya menjumpai saya di akhirat sana, dalam
keadaan saya dibangkitkan sebagai orang yang amanah.
Salam hormat
buat kawan-kawan semua. Terima kasih ibu… Kami tidak akan pernah dan melupakan
semua jasa dan nasihat ibu. Dari anakmu, Yusuf Mansur.
Siapa yang
sudah ditinggal ibu? Habis ini, saya doakan khusus untuk semua ibu yang sudah
berpulang. Secara saya tau, doa itu akan balik ke ibu saya.
Yusufmansur.com
Repost by
ngajibarengYM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar