Di
awal-awal, barangkali “from zero to hero”. Tapi setelah jadi hero, harus zero
lagi. From zero to zero. Sebab semua milik Allah.
Semua
berawal dari ketiadaan, dan kesederhanaan. Ini cerita tentang kekayaan,
kejayaan, kesuksesan. Harus berproses. Supaya nikmat. Sebab tau-tau pengen
kaya, pengen sukses, pengen jaya, ngga berproses, akhirnya dia sendiri ngga
siap buat kaya, buat sakses, buat jaya.
Miskin, tapi
siap. Serba kekurangan, tapi siap. Bangkrut, siap. Cerai, siap. Lebih baik dari
keadaan sebaliknya, tapi tidak siap.
Apa ada
orang yang kaya, tapi ngga siap? Banyak. Jadinya norak, nyebelin, dan
membahayakan. Ngetop, ngga siap. Sama juga.
Pensiun,
siap. Better. Daripada baru mulai kerja, tapi ngga siap. Tergagap-gagap
nantinya.
Nikah… Siap?
Kalo nikah mah beda kali ya. Belajar untuk siap. Zina, pada siap. Padahal kudu
siap juga azab-Nya. Beraaaaattt, besaaaarr. Ngeri.
Kalo mau
berproses, kudu punya ilmu sabar. Dulu, di awal-awal, istri saya ngga mencintai
saya… Saya pernah jalan jauh. Ke Banyuwangi. Dan beda dengan sekarang, pake
pesawat. Dulu, sambung menyambung. Jalan kaki ke pinggir kali, ketemu jalan
raya dari rumah. Terus naik angkot ke Stasiun Kalideres. Terus ke Kota. Terus
ke Surabaya. Turun di Gubeng. Nyambung naik bus AKAP, 6-8 jam ke Banyuwangi.
Alhamdulillaah, sampe Banyuwangi, lecek abiz… He he he he.
Terus saya
bel ke rumah. Belom ada hp saat itu, sekitar tahun ’99. Dari Banyuwangi, tahun
’99, saya bel Maemunah: “Kangen ga…?”. Jawabnya, “Engga…” He he he, jauh-jauh,
cape-cape, eh pas nelpon ke Maemunah, jawabnya, engga kangen.
Tapi saya
sadar, ini pun proses. Proses dicintai Maemunah. Maemunah, orang Betawi
Tangerang. Dan kami pun berproses. Sekarang Maemunah saban detik kangen sama
saya, uhuiiiii… He he he.
Dalam berproses
kadang kita kehilangan beberapa hal. Tapi akhirnya, tetap jadi satu kesatuan
yang utuh.
Sumber
www.yusufmansur.com
Repost by
t.me/ngajibarengYM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar