KHALIFAH,
BERSAUDARA
Suatu hari,
'Uyainah ibn Hishn Al Fazari dan Al Aqra' ibn Habis At Tamimi menghadap
Sayyidina Abu Bakr Ash Shiddiq. "Berikan pada kami hak harta dari Baitul
Maal sebagaimana yang biasa diberikan Rasulullah", desak mereka.
Ya, di masa
Rasulullah mereka termasuk orang-orang yang "dibelai hatinya" agar
tertarik pada Islam dengan harapan nantinya kian bersungguh-sungguh beriman.
Rasulullah amat dermawan pada mereka.Maka Abu Bakr menulis surat ketetapan yang
ditujukan pada penanggungjawab Baitul Maal, 'Umar ibn Al Khaththab. Dengan
bersemangat, kedua pemuka dari Fazarah & Tamim itu menemui Sayyidina 'Umar.
Menerima
surat itu, 'Umar membaca sejenak, memandang kedua pemimpin itu dengan tajam,
lalu merobek nawala ketetapan Abu Bakr itu menjadi serpihan kecil. Kedua
pemimpin itu terkejut dan saling pandang tak mengerti."Pergi kalian",
ujar 'Umar keras, "Tak ada lagi bagian dari Baitul Maal ini yang menjadi
hak kalian.
"Tergopoh
menghadap kembali pada Abu Bakr, mereka menggugat, "Kami tak mengerti.
Sebenarnya yang jadi Khalifah itu engkau atau 'Umar? Kau memutuskan dan 'Umar
membatalkan bahkan merobeknya."
Mendengar
itu Abu Bakr tertawa renyah. "'Umar adalah Khalifah", ujar beliau,
"Pada kapanpun dia mau."
Demikianlah
setelah Iman, dalam Islam, ilmu menempati kedudukan begitu tinggi. Jika Abu
Bakr disebut Nabi punya bobot iman mengalahkan seluruh manusia di dacing
timbangan, mimpi Rasulullah tentang 'Umar di antaranya adalah tentang semangkuk
susu. "Aku meminumnya dari sebuah wadah hingga kenyang dan terasa merasuk
hingga kuku", kata beliau, "Lalu kuberikan pada 'Umar dan dia
meminumnya hingga habis."
"Apa
takwilnya ya Rasulallah?", tanya para sahabat. Beliau menjawab,
"Ilmu".
Maka Abu
Bakr senantiasa mendengar pendapat 'Umar dalam berbagai soal. Sejak awal, Abu
Bakr dalam khuthbahnya yang memukau di Saqifah Bani Sa'idah setelah wafatnya
Rasulullah menominasikan 'Umar disusul Abu 'Ubaidah ibn Al Jarrah menjadi
Khalifah. Keduanya gemetar berkeringat dingin dan tempias, gigi Abu 'Ubaidah
yang ompong sejak Perang Uhud karena mencabut cincin penusuk pelipis
Rasulullah.
"Engkau
lebih utama dariku", sergah 'Umar dengan mata berkaca-kaca. "Tapi kau
lebih kuat dan berilmu", sahut Abu Bakr. "Kekuatanku akan menjadi
pendukung keutamaanmu", ujar 'Umar, "Ulurkan tanganmu, kami akan
membai'atmu."
Kalau Ustadz
@felixsiauw amat rindu Khilafah; rindu saya pada Abu Bakr & 'Umar dalam
suasana di atas yang mempertemukan kami di Panggung Utama Islamic Bookfair
Istora Senayan, Ahad jam 10.00 insyaaLlah. Hadir ya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar