@salimafillah
seorang
kawan, dalam do'a dan salamnya di berlalunya seperempat abad usiaku kembali
mengenangkanku sebuah kaidah "bencilah kesalahannya, tapi jangan kau benci
orangnya."
betulkah aku
sudah mampu begitu pada saudaraku, pada keluargaku, pada para kekasih yang
kucinta? saat mereka terkhilaf dan disergap malu betulkah kemaafanku telah
tertakdir mengiringi takdir kesalahan mereka?
tapi itulah
yang sedang kuperjuangkan dalam tiap ukhuwah dan cinta dalam tiap ikatan yang
Allah jadi saksinya
karena aku
tahu, bahwa terhadap satu orang aku selalu mampu membenci luputnya tapi tetap
cinta dan sayang pada pelakunya itulah sikapku selalu pada diriku sendiri
kucoba cerap
lagi kekata asy syafi'i "aku mencintai orang orang shalih" begitu
katanya, diiringi titik air mata "meski aku bukanlah bagian dari mereka
dan aku membenci para pemaksiat-Nya meski aku tak berbeda dengan mereka."
ya.. mungkin
dia benar
tapi dalam
tiap ukhuwah dan cinta dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya aku ingin
meloncat ke hakikat yang lebih tinggi
karena tiap
orang beriman tetaplah rembulan memiliki sisi kelam, yang tak pernah ingin
ditampakkannya pada siapapun maka cukuplah bagiku memandang sang bulan pada
sisi cantik yang menghadap ke bumi
tentu, tanpa
kehilangan semangat untuk selalu berbagi dan sesekali merasai gelapnya sesal
dan hangatnya nasehat sebagaimana sang rembulan yang harus menggerhanai
matahari
-Puisi di
Jogokariyan, sekira 2009-— di Masjid Jogokaryan Mantrijeron Kota Jogja DIY
https://www.instagram.com/p/BHJxJjJDcII/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar