YUSUF MANSUR
TENTANG NATAL
“Sayang sama
istri ga?” Begitu seorang suami ditanya. “Hormat ga sama beliau? Mau ga menjaga
beliau? Tidak menyakiti?”
Semua suami
insyaaAllah jawab, “Ya insyaaAllah. Sayang, hormat, peduli, pasti ngejaga, ga
mau nyakitin…”
Nah… untuk
menunjukkan rasa sayang, perhatian, peduli, mau ngejaga, menghormati istri,
perlukah suami memakai daster istri?
Selain
daster, perlu ga suami ikut memakai pakaian-pakaiannya istri? kalung, cincin,
dan gelangnya istri? Supaya istri tau…
Kita sama
tau jawabannya. Ga perlu suami memakai daster istri untuk menunjukkan bahwa ia
sayang, peduli, mau jaga, perhatian, dan lain-lain.
Ga akan
berkurang yakinnya istri bahwa suaminya sayang, meski ga make daster.
Malah
istrinya bingung, hehehe bila tiba-tiba suami berdaster. Bahkan prihatin, ha ha
ha.
Saya tidak
bermaksud nambahin polemik. Sebab buat saya, semua juga hanya pendapat. Bukan
di pemaksaan pendapat. Jadi bukan polemik.
Saya periksa
dengan seksama timeline-timeline saya. Tentang seputar natal, harusnya aman. Ga
men-judge. Bukan menunjukkan superior. Bahkan solutif.
Yakni dengan
tulisan saya, bahwa banyak cara untuk menunjukkan toleransi. Ga meski satu
pintu mengucapkan. Jika mengucapkan, pun banyak cara.
Islam agama
yang memudahkan dan memberi solusi. Kalo sebagai presiden, gubernur, walikota,
menag? Pimpinan perusahaan? tetap banyak cara.
Berulang-ulang
saya meyakinkan diri saya, bahwa wajahnya harus toleran. Ga boleh ga toleran.
Cari cara. Yang aman. Yang ga munculin polemik.
Tapi
akhirnya, timeline-timeline saya alhamdulillaah dianggap intoleran. Tapi gapapa
banget. Namanya kan disangka. Ya gapapa. Toh itu bukan sebenarnya.
Sebagai
pejabat negara, atau pimpinan perusahaan, toh gapapa juga sebagai pejabat dari
institusinya. Sebagai presiden… sebagai menteri agama… gitu. Masih aman.
Sebagai
presiden… atas nama presiden… sebagai gubernur… atas nama gubernur… sebagai
menteri agama… atas nams menteri agama… kami mengucapkan… masih aman. itupuuun…
Itupuuunnn…
ada yangg lebih aman lagi… Apa? Kami mengucapkan… selamat hari raya… Nah… Aman
buanget dah tuh. Ini solutif.
Apalagi saya
udah twit kalem tentang banyak cara. Ajak keluar makan, misalnya, jika kawan Anda yang dari umat lain. Banyak
cara lah.
Asli banyak
cara. Ga mesti pake daster istri. Salam.
Satu lagi.
Tentang azan di tengah kebaktian… Ya itu salah satu wujud pake daster. Harusnya
ga perlu. Nanti malah sinkritisme. Terlalu pluralis.
Saat ini,
menjadi ahli pluralis, nampaknya menggoda. Padahal tanpa jadi pluralis, toh
saya juga aman buat kawan-kawan umat lain. Ga bahaya dan ga membahayakan.
Alaa kulli
haal, perbedaan harus menjadi ilmu dan wawasan. Bukan kemudian bikin jadi
berantem. Sekalian latihan nulis, kemudian bersabar, hehehe.
Ayo kembali
senyum… cintai, sayangi, hormati, jaga, kawan-kawan umat dari agama lain.
Jangan menyakiti. Jangan ganggu. Kita satu Indonesia.
Apalagi
sesama umat Islam sendiri. Makin ga layak ga saling senyum, ga saling mengerti,
tentang pendapat-pendapat yang dipilihnya. Silakan. Senyum lagi yuk…
Salam,
@Yusuf_mansur
Source:
wisatahatiyusufmansur.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar