@salimafillah
Empat anak
muda duduk melingkar di dekat Ka'bah. Yang tiga kakak beradik putra Hawari
Rasulillah, satu lagi adalan putra Al Faruq yang begitu mirip ayahnya. Mereka
saling mengungkap cita dan doanya kepada Allah.
"Aku
ingin menjadi Khalifah, mengembalikan kepemimpinan ini ke Hijjaz, lalu melayani
orang-orang yang berhaji dan berumrah", ujar 'Abdullah ibn Zubair, si
sulung putra Asma' Dzatin Nithaqain.
"Aku
ingin tinggal di 'Iraq, di antara kota-kotanya yang megah, tamannya yang indah,
dan tanahnya yang subur, dengan 2 wanita tercantik di dunia ada di sampingku
sebagai istriku; Sukainah binti Husain ibn 'Ali dan 'Aisyah binti
Thalhah", sahut si tampan Mush'ab ibn Zubair.
Pemuda
ketiga, si bungsu, hanya tersenyum saja mendengarkan kakak-kakaknya.
"Bagaimana denganmu Dik?", tanya sang Abang. "Apa citamu?"
"Ah aku
hanya suka ilmu", jawab 'Urwah ibn Zubair dengan mata berbinar, "Aku
ingin mengambilnya dari sahabat-sahabat Rasulillah yang masih ada, lalu
kubagikan pada siapapun yang menghendakinya."
Bagaimana dengan
'Abdullah ibn 'Umar ibn Al Khaththab?
"Aku
ingin diampuni Allah", lirihnya dengan air mata menitik.
Sejarah
mencatat bahwa Allah menggenapkan semua yang mereka citakan. "Semua
tercapai", tulis Imam Adz Dzahabi dalam Siyaru A'lamin Nubala, "Dan
kita meyakini bahwa Ibn 'Umar juga telah Allah ampuni."
'Abdullah
ibn Zubair dibai'at menjadi Khalifah di Makkah ketika di Damaskus Yazid
menggantikan Mu'awiyah. Sepanjang sisa usianya, dengan seluruh jazirah Arab
selain Syam dalam daulatnya, 'Abdullah ibn Zubair melayani kaum muslimin dalam
ibadah-ibadah mereka, hingga Al Hajjaj ibn Yusuf datang dan membunuh beliau,
lalu kekuasaan menyatu ke tangan faqihnya Bani 'Umayyah, 'Abdul Malik ibn
Marwan.
Mush'ab ibn
Zubair juga berhasil menyunting dua wanita shalihah nan jelita, putri dari dua
sahabat utama seperti doanya. Sayang, sebagai penguasa 'Iraq beliaupun mati
muda karena terbunuh di Kufah. Sampai Sukainah mengatakan pada penduduk Kufah,
"Kalian meyatimkanku ketika aku kecil, dan membuatku menjanda ketika aku dewasa.
Kalian membunuh Ayahku, Kakekku, Pamanku, Saudara-saudaraku, dan kini
Suamiku."
Adapun
'Urwah ibn Zubair menjadi murid kesayangan bibinya, Ummul Mukminin 'Aisyah
Radhiyallahu 'Anha juga Abu Hurairah dan Anas ibn Malik, lalu menjadi satu di
antara 7 fuqaha' Madinah rujukan ummat.
Semua
gambaran kehidupan ini diringkas dengan indah oleh Ibn Qayyim Al Jauziyah:
بدون الأحلام لن نصل لشيء
بدون الحب لن نشعر بشيء
بدون الله نحن لا شيء
Tanpa mimpi,
kita takkan mencapai apa-apa.
Tanpa cinta,
kita takkan merasai apa-apa.
Tanpa Allah,
kita bukanlah apa-apa.
Adalah
Habibana Dr. Salim Segaf Al Jufri yang menyampaikan kata mutiara ini pada kami,
para penulis Pro-U Media dalam jaulah silatil arham, sementara Dr. Hidayat Nur
Wahid meneladankan kedisiplinan dan mentaujihkan peran penulis bagi peradaban.
Jazaahumallaahu khayran katsiiraa.
— di
TB.Simatupang
https://www.instagram.com/p/BIbw852D21w/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar