Majalah
Tarbawi Edisi 224 Th. 11 Rabiul Akhir 1431 H/ 25
Maret 2010 M
Umar marah besar. “Siapa yang mengatakan
Muhammad sudah mati”, katanya saat mendengar kematian itu, “niscaya akan ku
penggal lehernya”. Ali terdiam tidak sanggup bicara, Ustman tergagap tidak
sanggup berkata. Hanya Abu Bakar yang masuk membuka kafan yang menutupi tubuh
Muhammad. Setelah melihat wajahnya, Abu Bakar lantas mencium keningnya lalu
berkata:”Alangkah baiknya kamu saat hidup dan saat wafat”. Setelah keluarlah
beliau sambil berkata:”Siapa yang menyembah Muhammad, maka kini Muhammad sudah
mati. Dan siapa yang Menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tak
akan mati”.
Sang Nabi telah wafat. Berita kematian itu
segera mengguncang seluruh Madinah, jazirah Arab bahkan dunia. Tapi ada
peristiwa yang jauh lebih penting dari itu: kematian Muhammad juga menjadi
penutup mata rantai kenabian yang panjang yang telah mengisi lembar kehidupan
umat manusia. Itu adalah kesedihan diatas kesedihan.
Selama ini kita hanya membaca 25 kisah Nabi
dan Rasul dalam Al Qur’an. Padahal jumlah Nabi dan Rasul lebih banyak dari itu.
Beberapa ulama bahkan menyebut angka sekitar 350 Nabi dan Rasul. Kehidupan
manusia dimulai dari seorang laki-laki, Adam, dan seorang perempuan, Hawa, yang
kemudian membentuk keluarga, keluarga itu kemudian beranak-pinak dan secara
perlahan membentuk suku. Lalu suku menjadi simpul besar keluarga berkembang
makin banyak sampai pada suatu skala yang kemudian kita sebut bangsa. Bersamaan
dengan itu wilayah bumi yang dihuni manusia juga makin luas.
Pada setiap pertumbuhan itu selalu ada Nabi
dan Rasul yang datang membawa risalah yang sesuai dengan keadaan dan kondisi
mereka. Pesan intinya adalah tauhid, tapi syariatnya yang disesuaikan dengan
situasi mereka. Mereka adalah kafilah pengajar yang membawa kitab suci. Ada
guru ada kitab. Itulah inti dari semua proses pembelajaran. Tapi ketika
Muhammad diutus, manusia telah sampai pada tahap kematangan akal yang
memungkinkannya belajar melalui kitba tanpa kehadiran sang guru.
Maka penutup mata rantai kenabian setelah
Muhammad adalah manifestasi kepercayaan Allah kepada kemampuan akal manusia
untuk belajar hanya melalui narasi, tanpa narator. Itu sebabnya Allah berkata:
“ sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur’an ini, adakah yang mau memahami?”
(Sekretariat Masjid Kampus UNRI Arfaunnas, Senin, 22 Maret 2010, 16:49:49
WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar