By: Nandang Burhanudin
****
Di Mesir, setelah 2 tahun era kudeta. As-Sisi sang jenderal
kudeta mengakui terang-terangan, bahwa kudeta terhadap Mursi dilakukan bukan
karena "tragedi mati litrik", namun lebih disebabkan politik Mursi
yang sangat kental upaya untuk mengubah ideologi Mesir menjadi Islamis. (Pidato
As-Sisi di hadapan Kanselir Jerman dan wawancara TV)
Kini,
Nabiel Fahmi, Menlu Mesir bersama Jhon Kery, Menlu AS mengakui, kudeta terhadap
Mursi bukan dikarenakan kapasitas dan ketidakmampuan Mursi. Masalah kemampuan,
kami bisa menunggunya hingga masa kekuasaannya selesai. Namun kudeta dilakukan,
karena Mursi terlalu bersemangat mengubah Mesir ke arah yang lebih Islami.
(Jumpa Press sang Menlu bersama Menlu AS)
Lalu bagaimana dengan sikap Salafy Mesir, juga sikap Amir HT
yang sedari awal menuduh Mursi tidak mendukung syariah dan menolak Sunnah.
Apakah ada penyesalan itu?
Wajah-wajah munafiqun di Mesir kini semakin terang benderang.
Tokoh-tokoh yang dikenal paling "Nyunnah" dan paling
"Syariah", kini merangkak di ketiak As-Sisi, hanya demi sebuah
keinginan "hidup lebih panjang dan diperlakukan sebagai manusia",
tidak seperti antikudeta yang dibunuhi, disita harta bendanya, dinistakan istri
dan anak perempuannya, bahkan mereka mengisi penjara-penjara sempit yang hampir
tak berfentilasi.
As-Sisi, kembali menebar dusta demi dusta. Proyek-proyek
mercusuar hanya terjadi di "peresmian", tapi tidak pernah terjadi di
alam kenyataan. Proyek sejuta rumah murah, proyek Kanal Suez, proyek Ibu kota
Kairo baru, hingga proyek revitalisasi bagi rakyat miskin, semua hanya
"dagelan" yang tak berujung. Satu hal yang pasti, As-Sisi
menggelapkan jutaan dollar bantuan Teluk. Malah kini melelang energi gas di
Mesir, ke Israel.
Indonesia pun nampak masuk dalam skenario yang sama. Penyesalan
akan terlambat dirasakan rakyat Indonesia. Bukan karena tidak move on atas
kekalahan Prabowo, tetapi lebih didasari cinta terhadap Indonesia yang kini
makin Kristen, makin Komunis, makin Yahudi. Pihak-pihak yang konon Islamis dan
antidemokrasi, lalu mengajak Golput di Pilpres dan Pilkada, boleh jadi saat ini
berbahagia. Menyaksikan proyek-proyek deIslamisasi di dunia maya hingga dunia
nyata.
Pun demikian pendukung Jokowi, semua harus siap merasakan kecewa
mendalam, sebab proyek-proyek mercusuar itu tak akan pernah ada di dunia nyata.
Lenyap seperti lenyapnya mobil SMK di Solo, atau meledak seperti meledaknya bus
Transjakarta puluhan milyar itu.
Silahkan anda tuduh bodoh. Lalu keluarkan kata harian anda,
"Goblok, bahasa binatang, julukan kemaluan, asal hati anda puas. Toch saya
hanya sekedar mengingatkan, bahwa Indonesia SALE dan sebentar lagi SOLD OUT.
Saat itu kita menyesal, tentu ketika sudah merangkak di ketiak Asing dan Aseng.
04 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar