KERETA API
Di sebuah
kamar dalam Hotel Pera Palas di Istanbul, Agatha Christie menulis salah satu
ceritanya yang paling masyhur, "Murder on The Orient Express." Kisah
bagaimana Hercule Poirot memecahkan pembunuhan rumit di kabin mewah kereta api
yangberlatar penculikan gadis cilik Daisy Armstrong ini bahkan telah dua kali
diangkat ke layar lebar, 1974 dan 2001.
Orient
Express memang legenda; simbol ketangguhan, kenyamanan, dan kemewahan
perjalanan kereta api yang menghubungkan Istanbul-Paris-Calais-London. Rute
antara Istanbul-Paris memiliki variasi antara lain
Varna-Bucharest-Budapest-Vienna-Munich-Strassbourg atau Sofia-Belgrade-Venice-Milan-Lausanne.
Indonesia
juga tidak akan melupakan perjalanan sebuah kereta api bersejarah pada 4
Januari 1946 dari stasiun kecil Pegangsaan Timur 56 menuju Tugu,
Yogyakarta.Kereta api yang bergelap-gelap itu membawa Presiden, Wakil Presiden,
para Menteri, & keluarga mereka. "Dengan diam-diam, tanpa bernapas
sedikit pun, kami menyusup ke gerbong. Orang-orang NICA menyangka gerbong itu
kosong," ujar Bung Karno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.
Ya. Pada 2
Januari 1946 Sultan Hamengkubuwana IX mengirimkan kurir ke Jakarta dan
menyarankan agar ibukota RI dipindah ke Yogyakarta. Beliau mengirimkan kereta
sekaligus menyiapkan penyambutan kenegaraan di ketibaan. Hingga penyerahan
kedaulatan 1950, Ngarsa Dalem menjadi penanggung anggaran negara dan segala
keperluan Republik Indonesia hatta pun biaya rumahtangga para pemimpin yang
berhijrah tanpa membawa apapun itu, seperti terungkap dalam buku 'Tahta Untuk
Rakyat.' Dari Stasiun Utama (Frankfurt Hauptbahnhof), titip rindu untuk
Yogyakarta. Semoga kita segera menggegas transportasi publik yang mentahtakan
rakyat di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar