Salim A
Fillah : Bekerja itu Ibadah, Rezeki itu Urusanya Allah
-Rabu, 3
Februari 2016
Islamedia–
“Sayidah Hajar, Istri Nabi Ibrahim Alaihi Salaam itu ketika diuji oleh Allah
Subhanahu Wataala, bayi Ismail menangis sementara air susunya sudah habis.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya Sayidah Hajar berlari naik keatas bukit
Safa, adakah orang yang bisa dimintai pertolongan. Kemudian melihat kebawah,
adakah mata air yang memungkinkan untuk diambil. Kemudian Sayidah Hajar berlari
kearah bukit Marwah, balik lagi ke Safa dan terus berulang sampai tujuh kali.
Setelah keletihan yang memuncak, ternyata mata air Zam-Zam muncul dibawah kaki
Nabi Ismail”.
Sepenggal
kisah Sayidah Hajar mencari rezeki dengan melakukan ikhtiar berlari, ternyata
Allah berikan rezeki dari tempat yang tidak terduga.
Demikianlah
Allah memberikan rezeki bagi orang yang bertaqwa dari jalan yang tidak terduga,
tidak selalu melalui jalan Ikhtiarnya, dimana tempat rezeki itu berada terserah
Allah. Tugas kita hanya beribadah dan bekerja sesuai dengan arahan Allah.
Antara
bekerja dan rezeki, bukanlah dua hal yang selalu harus menjadi hukum sebab
akibat,
karena
rezeki kadang perlu kita tafakuri.
Rasulullah
pernah bersabda bahwa “Sesungguhnya rezeki itu akan mecari seseorang dan
bergerak lebih cepat daripada ajalnya.
”Imam Al
Ghazali pernah mengucapkan bahwa bisa jadi engkau tidak tau dimana rezekimu,
namun rezekimu tau dimana engkau. Jika rezeki itu ada dilangit maka Allah akan
turunkan, jika rezeki itu berada didalam bumi maka Allah akan perintahkan untuk
muncul supaya berjumpa dengan kita.
Rezeki itu
punya perjalananya dan perjalanan rezeki menuju kita terkadang lebih dahsyat.
Sebagai contoh sederhana adalah bagaimana Allah kirimkan makanan sebagai rezeki
seekor Cicak, semua yang dimakan cicak adalah binatang yang terbang, sedangkan
Cicak hanya bisa menempel di dinding. Namun ketika Allah sudah perintahkan
rezeki itu mendekat, maka dengan cepat mendekat.
Maka sudah
jelas bahwa rezekiitu sudah dijamin oleh Allah, sesuatu yang tidak perlu
dikhawatirkan, yang perlu kita khawatirkan adalah pertanyaan atas rezeki itu sendiri. Rezeki
yang Allah berikan kepada kita itu digunakan untuk apa. Jadi yang terpenting
bukan punya apa, namun kita harus memiliki jawaban ketika rezeki Allah itu
datang, buat apa?
Dikutip dari
ceramah Ustadz Salim A Fillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar