MALU PADA SI
GANTENG
-dan
berjuang menjadi gagah-
@salimafillah
Saya
tercenung-menung membayangkan lika-liku hidup lelaki ganteng itu. Dia mengalami
begitu banyak hal di masa lalu yang mungkin, -bagi ukuran psikologi kita hari
ini-, dapat menjadi pembenaran untuk kelak berperilaku menyimpang.
Pertama;
saat masih menjadi bocah kecil, sibling rivalry (persaingan antar saudara) di
dalam keluarganya telah amat parah. Dengki kakak-kakaknya pada dirinya begitu
tinggi. Kebencian pada adik sendiri itu meruyak menjadi permufakatan yang amat
jahat.
Kedua; dia
mengalami percobaan pembunuhan yang amat sadis, dilempar ke dalam sumur
menjelang senja. Bayangkan sosok mungil itu direnggut dari Ayah & Bunda
yang menyayanginya, terluka, sendirian, sempit, gelap, sunyi. Pengalaman
semacam ini amat memicu trauma. Claustrophobia (takut pada ruang sempit
tertutup) dan Auchlophobia (takut pada gelap) dapat menjadi gejala yang
membayangi hidupnya.
Ketiga; dia
menjadi korban human trafficking (perdagangan manusia). Kafilah niaga yang tak
sengaja menemukannya ketika mengulurkan timba ke dalam sumur bersegera
menjualnya sebagai budak dengan harga amat murah.
Keempat; dia
mengalami sexual abuse (kekerasan seksual) dari orang yang amat dihormatinya.
Nyonya rumah yang muda & cantik itu mengurungnya di ruangan tertutup,
menggodanya, & menarik bajunya hingga robek. Lalu ketika Sang Tuan pulang,
wanita bertipudaya itu balik memfitnahnya.
Kelima; dia
mengalami sexual harrasment (perundungan seksual); ketika dengan niat balas
dendam atas pergunjingan para wanita bangsawan padanya, oknum istri pejabat yang
menggodanya itu menghimpun sebuah perjamuan, memaksa sang bujang tampil dengan
pesonanya di tengah mereka. Para wanita yang mengiris jari itu, memintanya
melakukan 'sesuatu' yang dijawabnya, "Duhai Tuhanku, penjara lebih aku
sukai daripada melakukan apa yang mereka ajakkan padaku."
Keenam;
kriminalisasi. Dia harus hidup dalam penjara bukan karena kesalahannya. Dari
sebuah kehidupan bangsawan yang megah dan mewah dia dijerembabkan ke dalam sel
yang sempit dan jorok. Dia menjalaninya dengan tetap berdakwah pada kawan
sejerujinya.
Ketujuh;
pengkhianatan. Kawan yang dinubu'atkannya akan bebas dan menjadi penuang
minuman raja, telah dipesan agar menyebut tentang dirinya di hadapan sang
penguasa demi tegaknya keadilan. Tapi kawan itu lupa. Bertahun-tahun lamanya.
Jikapun
sampai di sini saja; bukankah cukup alasan baginya untuk merasa bahwa hidupnya
hancur, untuk menyimpan dendam, untuk merasa dunia ini kejam, untuk menyalahkan
berbagai pihak & hal, serta untuk melakukan sesuatu yang keji namun selalu
ada pembenarannya?
Tapi si
ganteng itu memang menakjubkan. Dia tampil untuk menjadi penyelamat negeri dari
paceklik mematikan. Dia tampil menanggung amanah yang tak sanggup dipikul orang
lain. Dia mampu mengampuni semua yang pernah berlaku buruk dan menjadi sebab
segala jatuh bangun dan seak-seok hidupnya. Dia rangkul sebelas bintang, bulan,
dan matahari yang hendak bersujud itu supaya bersatu dalam pelukan damai,
silatil arham, dan kemaafan.
Si ganteng
itu, Yusuf 'Alaihis Salaam.
Maka di awal
hikayat Allah menyebut kisahnya sebagai "sebaik-baik ceritera". Maka
di akhir penceritaan Allah menegaskan bahwa dalam sebaik-baik kisah itu
terdapat 'ibrah, pelajaran bagi orang-orang yang mendalam pemahamannya.
Dan kita
amat ingin belajar menjadi si ganteng yang amat gagah menghadapi segala
ketentuan Allah pada dirinya. Gagah justru karena bersandar kepada Allah. Sebab
kuat lemahnya seseorang tergantung siapa sandarannya.
Sepahit
apapun hidup kita, segetir apapun pengalaman diri, separah apapun lika-liku
yang kita lalui; Yusuf adalah hujjah Allah agar kita tetap gagah menghadapi
hidup ini. Semua insan hidup dalam berbagai bentuk ujian. Barangkali bentuknya
tak serupa. Pun pula kadarnya berbeda. Tapi hakikatnya tetap sama.
Kepada
kawan-kawan yang diuji dengan SSA (Same Sex Attraction) misalnya, menarik
mundur garis waktu mungkin memang membuat Anda menemukan pembenaran diri dan
sesuatu yang dapat disalahkan. Tapi jalan yang gagah adalah untuk tetap kembali
pa da Allah, mendengarkan nurani, dan menyimak apa firmanNya tentang tetap
nista dan buruknya jalan untuk jatuh ke dalam aktivitas LGBT.
Semua insan
diuji baik ketika berhadapan dengan syubhat bagi fikirannya maupun syahwat bagi
hawa nafsunya. Rekan-rekan yang normalpun diuji Allah dengan betapa maraknya
perzinaan, dan betapa dahsyatnya 'aurat diumbar. Semua diuji, ketika di gadget
kita, berpindah dari keshalihan pada kemunkaran hanyalah satu kali klik atau
satu sentuh tap.
Maka
dibanding mereka, ujian anda hanya ditambah satu hal lagi; bahwa goda-goda
syaithani bukan hanya lewat lawan jenis, melainkan melalui yang jauh lebih
dekat, lebih akrab, lebih samar, lebih liar, lebih menantang.
Maka jadilah
gagah karena selalu terhubung kepada Allah. Jadilah gagah dalam fikir karena
syubhat tentang keadaan kita telah disibak oleh Quran. Jadilah gagah dalam rasa
karena syahwat yang hendak menarik kita dalam dosa telah selalu kita adukan
dengan taubat nashuha dalam hening bersamaNya.
Dia yang
memperjalankan Yusuf dalam sebaik-baik kisah, juga menjaminkan sebaik-baik
akhir bagi yang berani bertarung untuk menaklukkan syahwat dan hawa nafsunya.
"Dan adapun
orang yang takut pada keagungan Rabbnya dan mencegah diri dari hawa nafsunya;
maka surgalah tempat tinggalnya." (QS An Naazi'aat [79]: 40-41)
Selamat
berhijrah. Selamat berjihad. Selamat menjadi gagah dengan bersandar kepada
Allah. Dan bagi yang berkenan, selamat menonton "Ketika Mas Gagah
Pergi", #kmgpthemovie, yang di dalamnya ada pesan Mas Fisabilillah untuk
"Move on! Moving on where? To what Allah say yes! Yes untuk sesuatu yang
lebih baik!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar