Kita tuh
suka geram, melihat, mendengar, membaca, berita, tentang daging oplosan. Daging
sapi dioplos dengan daging babi. Daging sapi dioplos dengan daging tikus. Atau
daging segar dioplos dengan daging bangkai lama.
Tapi tanpa
disadari, bisa jadi tiap hari ada di antara kita, bahkan juga diri kita
sendiri, jika tidak awas, tidak waspada, tidak banyak ingat, yang malah 'makan
daging manusia'.
Ya. Jika
kita senang mencari kesalahan orang lain, mengungkap aib orang lain,
menjelekkan orang lain, memfitnah, orang lain, maka itu sama saja dengan
memakan daging saudaranya sendiri.
Allah bilang
di dalam Surah al Hujuraat, ayat 12, ... "Fakarihtumuuh, Kalian pasti
tidak akan menyukainya." Secara lengkap, terjemahan surah al Hujarat ayat
12 adalah sebagai berikut;
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena
sesungguhnya prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah suka menggunjing satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati? Tentulah kamu akan
merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya, Allah
maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.
Tapi sebab
karena nafsu kita, karena kekurangawasan kita, karena kekurang hati-hatian
kita, kita jatuh pada ghibah dan fitnah. Akhirnya, ya walau tidak suka, tapi
dianggap tetap seperti makan daging saudaranya sendiri.
Dari
penjelasan ayat di atas, ada tiga hal yang bisa diambil kesimpulan. Pertama,
larangan bagi sesama Muslim untuk berprasangka buruk. Kedua, Larangan bagus
seorang Muslim mencari-cari kesalahan pihak lain. Dan ketiga, larangan bagi
setiap Muslim untuk menggunjing satu sama lain.
Rasul betul
ada pernah menyontohkan tentang bicara perihal keburukan si fulan dan si fulan,
dan tidak jarang disebut nama atau identitasnya, ciri-cirinya. Tapi dimaksudkan
oleh Rasul, sebagai peringatan beliau dan nasihat beliau. Agar umatnya
berhati-hati, dan mencontoh serta mengambil hikmah dari perilaku dan kelakuan
orang yang diceritakan Nabi.
Begitu
Allah. Allah pun menyebut nama, sebut saja, Fir'aun. Bahkan Abu Lahab. Hingga
Abu Lahab namanya diabadikan menjadi nama surah: Al Lahab. Dan istrinya pun,
ikut disebut.
Bagaimana
ini? Apa hikmahnya?
Insya Allah,
tidak semua pencarian kebenaran disebut sebuah keburukan. Pemberitaan, disebut
keburukan. Pengungkapan, disebut keburukan. Tapi manakala ada kejelekan hati
kita yang ikut, ada kesengajaan untuk menjatuhkan, menjelekkan, apalagi jika
itu adalah fitnah dan kebohongan, maka saat itulah kita disebut seperti memakan
daging saudaranya sendiri.
Nampaknya,
kembali kepada niat. Dan sebagai manusia biasa, sebaiknya, lebih banyak
hati-hati. Jangan-jangan, saat mengungkap, nafsu turut serta. Akhirnya, kita pun
jatuh kepada kebinasaan.
(sumber:Republika,
edisi Senin, 17 November 2014 Hal. 1 Oleh Ustadz Yusuf Mansur)
Repost by
NgajibarengYM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar