Sedekah,Doa
dan Pamrih
(Bagian 2
Habis)
Sedekah,
tanpa doa? 1 pahala.
Sedekah +
doa ? 2 pahala.
Bila beda di
awal, maka beda pula serencengan, he he he. Saya, terhadap amal-amal lain, ya
ga nyebut itu sebagai pamrih. Bahkan ngarep di mata saya, adalah juga doa. Amal
tinggi banget bila seseorang bisa ngarep sama Allah saja. Ga ngarep sama yang
lain. Baru bermasalah, bila ngarepnya ke orang. Dia bantu orang lain, tapi ada
maunya dari orang itu. Itu yang ga boleh. Atau riya (memperlihatkan amal kepada
yang lain). Atau sum’ah (memperdengarkan kepada yang lain).
Baca Quran,
supaya dapat berkah. Boleh ga? Nah di sini, beda konsep. Baca Quran, niatnya
apa? Ya pastinya ridho Allah.
Ya baca
Quran aja. Terus minta hidup berkah, kekayaan berkah, anak-anak berkah, rumah
tangga berkah, pekerjaan berkah, usaha berkah, umur berkah, tenaga berkah.
Ketika
nyebut “supaya”, itu udah masuk lagi-lagi ke wilayah doa. Jangankan sekedar
berkah, atau katakanlah bahwa permintaan itu adalah “cuma” satu permintaan. Dia
minta sejuta permintaan, setelah baca Quran, atau bahkan sebelum baca Quran,
atau bahkan nih, tanpa baca Quran, maka doa itu boleh banget-banget. Ngarep,
boleh-boleh banget. Tidak ada satupun yang berhak melarang.
Jika doa
sudah disebut niat, maka itulah awal pertentangan atau perbedaan.
Koq sedekah
pengen kaya?
Koq birrul
walidain pengen diangkat derajatnya, koq dhuha pengen dibuka rizki… Salah semua
jadinya. Padahal, menurut konsep yang saya ikutin, kalo masuk “supaya”, itu
masuk wilayah doa sebagaimana disebut di atas. Adalah rugi jika seseorang yang
beramal saleh, lalu dia tidak meminta kepada Allah. Rugi banget.
Tapi saya
sangat setuju, jika kemudian permintaan itu tidak hanya bersifat duniawi
belaka. Tapi minta ridho Allah, minta surga, pengampunan, selamat dunia
akhirat. Apapun, itu namanya “minta”. Yang bagus, beramal yang banyak, dan
minta yang banyak.
Tulisan yang
gini-gini, sudah jadi buku kompleto atas izin Allah. Judulnya: Boleh Ga Sih
Sedekah Ngarep?
Boleh juga
ada yang mengatakan. Niatnya melaksanakan tugas kantor. Ngejar target. Supaya
naik pangkat, supaya promosi. Supaya naik gaji. Itu kalau di dunia manusia
kerja. Apalagi kalau niatnya ibadah, ya keren banget.
Seluruh
motivasi dunia, dibenarkan, menurut saya, jika mencarinya “hanya” di Sisi-Nya,
dan dengan Cara-Cara-Nya.
Dunia adalah
milik Allah. Dekatkan semua yang pengen dunia, dengan Pemilik-Nya. Supaya
mereka tidak meminta dunia dari selain-Nya, dengan cara-cara yang tidak
diridhai juga oleh Pemilik-Nya. Dan ajarkan mereka yang kepengen dunia,
sebagaimana kita mengajarkan karyawan-karyawan kantor untuk bekerja terbaik,
ngejar target, lalu dapet bonus terbaik juga.
Maka ajarkan
yang pengen dunia, apa-apa yang diperintahkan Pemilik Dunia, supaya dapat bonus
banyak fii-haadzihil-hayaatid-duniaa… Ajarkan mereka yang pengen dunia, untuk
meninggalkan seluruh larangan Pemilik Dunia. Supaya dapet. Atau dapetnya dengan
ridha-Nya.
Sebab banyak
yang dapat, tapi tidak dengan Ridha-Nya. Dengan cara-cara yang benar, cara-cara
yang betul, yang hati-hati, tapi penuh semangat, sebab dunia memang milik
Allah. Sementara itu, Allah pun mengajarkan, bahwa semua dunia ini, ga ada
seberapanya dibanding apa-apa yang Allah akan berikan di negeri akhir. Ini dia…
Ga seberapa dibanding dengan apa-apa yang Allah akan beri di negeri akhir.
Jadi, bukan
ga boleh. Justru boleh banget. Malah dimotivasi, bahwa akan dapat yang lebih
baik lagi nanti di akhirat. Ajarkan pula kehati-hatian, bahwa jangan sampe
berhenti di expecting something about dunia only. Harus lebih powerful. Minta
itu selalu dua, selalu seimbang: permintaan dunia, permintaan akhirat… Kayak
yang diajarkan Allah sendiri:Rabbanaa aatinaa fid-duniaa hasanah,
wafil-aakhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaabannaar.
Permintaan
seimbang pun ternyata masih ga seimbang. Sebab Allah ngajarin 2:1, dua banding
1. Permintaan kebaikan negeri akhir, masih ditambah permintaan selamat dan
terlindungi dari api neraka. Dua permintaan berbanding satu permintaan di
dunia.
Ini
sekaligus ngajarin juga kita, bahwa sebaik-baik permintaan, teta p permintaan
akhirat. Tapi permintaan akhirat, tetaplah permintaan. Artinya, ya harus juga
diminta. Jangan diem aja. Jangan sampe sedekah ya sedekah saja, baca Quran ya
baca Quran saja, dhuha ya dhuha aja, berbuat baik ya berbuat baik saja. Jangan.
Kudu ada permintaannya. Kudu ada doanya.
Salam.
Selamat berbuat baik, dan berdoalah. Sesungguhnya Allah menunggu dan mendengar
doa kita.
(YM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar