Lelaki buta huruf itu tiba-tiba
disuruh membaca. Bukan. Bukan disuruh. Tepatnya dipaksa. Sampai tiga kali. Dan
pecahlah peristiwa itu salam sejarah manusia; lelaki buta huruf itu lantas
diangkat menjadi nabi, bahkan penutup mata rantai kenabian hingga akhir zaman.
Begitulah perintah membaca
mengawali pengangkatan Muhammad menjadi Nabi. Kelak, setelah menunaikan tugas
kenabian itu selama 23 tahun, atau tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari, Allah swt
menutup perjuangan beliau dengan satu ayat tentang kesempurnaan:”Hari ini telah
kusempurnakan bagimu agamamu, dan Ku sempurnakan pula nikmat Ku untuk mu dan
aku ridho Islam sebagai agamamu.”
Risalah kenabian itu dibuka
dengan perintah membaca, dan kelak ditutup dengan pernyataan penyempurnaan dan
keridhoan. Awalnya adalah pembacaan. Ujungnya adalah penyempurnaan. Maka
berkembanglah agama terakhir ini dari seorang Nabi menjadi seratusan ribu
manusia Muslim, dari komunitas kecil para pengembala kambing jazirah Arab yang
tandus menjadi sebuah peradaban besar yang memimpin kemanusiaan selama lebih
dari seribu tahun.
Kitab kehidupan ini memang begitu
seharusnya dipahami: bukalah ia dengan pembacaan yang menyeluruh, niscaya
engkau akan mengkhatamkannya dengan kesempurnaan. Jika kita belajar lebih
banyak di awal kehidupan, niscaya kita akan mencapai kesempurnaan di penghujung
umur, dan menutup mata dengan senyum dalan keridhaan Allah Swt.
Cara kita menjalani hidup
selamanya ditentukan oleh cara kita memahami hidup. Seperti apa cara kita
memahami hidup, seperti itu pula cara kita menjalaninya. Coba masuk ke dalam
hutan belantara tanpa peta. Pasti tersesat. Bahkan mungkin tidak bisa keluar.
Begitu juga kehidupan. Membaca adalah peta. Makin menyeluruh dan akurat peta
yang kita miliki, makin cepat dan pasti kita sampai ke tujuan.
Diantara pembelajaran dan
kesempurnaan, ada satu jembatan emas yang menghubungkannya:pertumbuhan.
Pertumbuhan adalah adalah jalan menuju kesempurnaan. Mereka belajar maka mereka
tumbuh. Kesempurnaan adalah ujung hidup yang dicapai dari tapak demi tapak
kehidupan. Mereka menjadi sempurna karena mereka tidak pernah berhenti menjadi
lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar