Majalah
Tarbawi Edisi 214 Th. 11 Dzulqa’idah 1430 H/ 5 November
2009 M
Setiap saat, dalam perjalanan hidup yang
panjang, kita selalu menemukan satu per satu rahasia kehidupan. Setiap satu
rahasia yang kita temukan, menambah pengetahuan kita tentang hidup. Setiap kali
pengetahuan kita bertambah, kita menjadi lebih arif dan bijaksana.
Situasi itulah yang terekam dalam salah satu
warisan hikmah orang Arab. Mereka mengatakan, sebodoh-bodohnya manusia , umur
akan tetap membuatnya lebih bijaksana. Kebijaksanaan terbentuk dari akumulasi
informasi yang membentuk pengetahuan kita tentang hidup. Karena sifatnya yang
akumulatif, maka kesadaran hidup kita tidak akan bisa terbentuk seketika.
Karena tidak terbentuk seketika, maka sikap hidup kita berubah dari waktu ke
waktu.
Tapi kapankah pengetahuan kita tentang hidup
menjadi sempurna dan lengkap? Atau, pertanyaan yang lebih mendasar lagi,
bisakah pengetahuan kita tentang hidup sempurna dan lengkap? Jawabannya pasti.
Tidak. Tidak akan pernah bisa pengetahuan kita tentang hidup ini menjadi
sempurna dan lengkap. Salah satu sebabnya karena Allah setiap saat menciptakan
makhluk-makhluk baru, baik manusia, hewan dan tumbuhan, atau benda-benda lain
di alam raya ini, atau ciptaan-ciptaan yang tak terlihat seperti
pikiran-pikiran dan ide-ide baru.
“Dan Tuhan-Mu menciptakan apa saja yang Dia
kehendaki dan memilih dari ciptaan-ciptaan itu.”
Setiap ciptaan baru tentu saja menciptakan
fakta baru, yang kemudian terintegrasi ke dalam fakta-fakta yang ada
sebelumnya, lalu terjadilah rekonfigurasi keseluruhan fakta-fakta itu.
Itulah yang menjelaskan mengapa pengetahuan
itu bersifat akumulatif, dan harus diwariskan secara turun temurun agar kita
tidak setiap saat harus memulainya dari awal. Itu juga yang menjelaskan mengapa
pengetahuan, seperti kata Ibnul Jauzi, harus diikat dengan tulisan; tulisan
membuat pewarisannya menjadi lebih mudah. Warisan pengetahuan dari peradaban
Yunani, Romawi dan Islam secara akumulatif diwarisi oleh Barat Sekarang, dan
lahirlah wajah peradaban baru seperti yang sekarang kita saksikan.
Karena pengetahuan kita tentang hidup ini
tidak akan pernah sempurna dan lengkap, maka kesadaran hidup kita juga tidak
akan pernah sempurna dan lengkap. Maka manusia kepada hidup, seperti tiga orang
buta yang melukiskan gajah dari sudut yang mereka pegang. Ini adalah lukisan
yang tidak selesai. Dan tidak akan pernah selesai.
Sebab Allah sendiri yang mengatakan bahwa:
“Tiadalah kamu diberi pengetahuan kecuali
hanya sedikit saja.”
Maka proses pembelajaran juga tak boleh
selesai. Pepatah lama itu rasanya teramat bijak;”tuntutlah Ilmu dari buaian hingga
liang lahat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar