DHIYAFAH
@salimafillah
Salah satu
sisi sejarah Makkah adalah sejarah dhiyafah, sejarah penyambutan dan pelayanan
tamu yang amat penuh kedermawanan.
Pada masa
jahiliyah, sebuah kedermawanan yang dianggap terlalu dahsyat dapat melahirkan
sesembahan baru. Contohnya adalah Al Latta. Sebuah riwayat menyebut, dialah
orang yang senantiasa membuka lebar pintu rumahnya bagi para tetamu Masjidil
Haram, memberi mereka jamuan terlezat dari roti dan daging-dagingan, juga air
sejuk dan buah-buahan.
Ketika 'Amr
ibn Luhai Al Khuza'i memperkenalkan agama berhala pada ahli Makkah setelah
kunjungannya ke Syam, orang-orang Makkah tak lupa pada Al Latta. 'Amr berkata,
"Kita manusia rendah, tak punya nilai untuk meminta langsung pada Allah
Sang Pencipta. Maka mintalah pada mereka yang dekat padaNya saja, agar mudah
hajat kalian dikabulkan. Ini aku bawakan patung Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq,
dan Nasr; orang-orang shalih dari kaum Nuh."
“...Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah berkata: “Kami tidak
menyembah berhala-berhala itu, kecuali supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah sedekat-dekatnya.” (QS Az Zumar [39]:3)
Sebagian
penduduk Quraisy Makkah mengatakan, "Kami punya Al Latta. Kami akan
menyembah dia saja."
Sejarah
dhiyafah kota Makkah terus berlanjut, dan kakek buyut Nabi yang bernama Hasyim
ibn 'Abdi Manaf tercatat dengan tinta emas dalam sejarah dhiyafah. Hasyim, nama
itu sendiri berarti yang meremuk, sebab dia suka meremukkan roti di atas lauk
daging berkuah untuk menjamu tamu-tamunya.
Ya, keluarga
Hasyim tak sekaya para pemuka suku lain, tapi dalam kedermawanan mereka adalah
juara. Dhiyafah mereka jamuannya bersahaja, tapi tamu yang memilih rumah mereka
untuk singgah melampaui semua kabilah. Putra Hasyim, Syaibah yang lebih dikenal
sebagai 'Abdul Muthalib meneruskan kedermawanan ayahnya, dan dengan penemuan
kembalinya akan mata air Zam-zam dan pusaka Quraisy yang terkubur, kepemimpinan
tertinggi kota Makkah digenggamnya.
Dhiyafah di
Makkah bukan sembarang dhiyafah. Yang mereka sambut dan layani bukanlah tamunya
sendiri, melainkan Dhuyufur Rahman, tetamu Allah Yang Maha Pengasih.
Tempo hari
kami dan Akhinda Rizaldy Latif dari Jejak Imani, Kang Daan Aria, Gurunda Ustadz
'Atieq Syarief, Akhinda Ustadz Muhammad Hafidz, dan Akhinda Ustadz Muammar
dijamu Kabsyah Unta Muda oleh alumni Gontor yang dipercaya menjadi Manajer
Zam-zam Tower Makkah, Ustadz Muhammad Martin. JazaahuLlaahu khayran.
Semoga kian
banyak di antara saudara dari Nusantara menjadi para pelayan tamu Allah,
melanjutkan tugas gemilang dhiyafah pada tamu-tamu Ar Rahmaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar