KEKASIH
TERSEMBUNYI
@salimafillah
“Allah
menyembunyikan kekasihNya di antara manusia”, ujar ‘Umar ibn Al Khaththab,
“Sebagaimana Dia menyembunyikan Lailatul Qadr di antara malam-malam bulan
Ramadhan.” Semua malam bulan Ramadhan memang istimewa. Tapi yang paling dahsyat
adalah hadirnya yang rahasia, yang hanya dikenali dari tanda-tanda yang tak
seorangpun mudah memastikannya.
Orang-orang
yang menetapi kewajiban kepada Allah dan menjauhi laranganNya sungguh istimewa.
Merekalah orang bertaqwa, merekalah kekasihNya. Tapi kekasih Allah pun
berderajat-derajat tingkatannya. Dan termasuk tingkatan yang tertinggi di
antara mereka, seperti kata Sayyidina ‘Umar, adalah yang tak mudah dikenali
oleh mata manusia.
Merekalah
Atqiya’ul Akhfiya’, orang-orang yang bertaqwa lagi tersembunyi. Mereka terkenal
di langit meski diabaikan di bumi. Mereka dirindukan surga meski dikucilkan
dunia.
Inilah
catatan penting kita, bahwa orang-orang shalih yang menjadi kekasih Allah sama
sekali bukanlah orang yang menonjolkan diri. Mungkin memang ada di antara
mereka yang menonjol, tapi bukan sebab keinginan dirinya. Dan sungguh hati
mereka juga tak pernah menyukai keterkenalan itu. Allah hanya hendak membebani
mereka dengan ujian yang lebih berat berupa kemasyhuran.
Maka Mu’adz
ibn Jabal menangisi keterkenalannya, sebab dia disebut oleh Sang Nabi ﷺ sebagai
yang paling mengerti halal dan haram dalam agama. Maka Muhammad ibn Wasi'
berkata, “Andai dosa ada baunya, takkan ada seorangpun di antara kalian yang
tahan duduk di sisiku.” Maka Imam An Nawawi tersedu memalingkan diri, ketika
digelari sebagai Muhyiddin, sang penghidup agama. Maka Yusuf Al Qaradlawy
berkata “Cukup!” dan Muhammad ibn Shalih Al ‘Utsaimin menyuruh pembawa acara
diam, ketika menyebut keduanya sebagai “Al ‘Allamah”, yang amat dalam ilmunya.
Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan sabda Rasulullah ﷺ tentang kekasih
Allah yang tersembunyi; yang kedudukannya amat diidamkan para mulia yang di
atas kita sebut namanya.
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla mencintai hamba-hamba yang diciptakanNya”, begitu kalimat
Nabi ﷺ dalam
riwayat Muslim, “Yang terpilih, yang suka menyembunyikan ‘amal, yang bajik,
yang kusut rambutnya, yang berdebu mukanya, dan yang kelaparan perutnya. Jika
mereka meminta izin kepada Amir untuk menghadap, maka mereka tak diizinkan.
Jika memberi anjuran, maka kata-kata mereka tak dianggap. Jika melamar, maka
mereka tidak dinikahkan. Jika tak hadir, maka mereka tak dicari. Jika muncul,
kedatangan mereka tak disambut. Jika sakit, mereka tidak dijenguk. Jika mati,
mereka tidak dipersaksikan.”
Betapa Maha
Bijaksana, Dzat yang menyatakan kepada kita bahwa makhluq yang paling mulia di
antara kita di sisiNya adalah yang paling bertaqwa. Tetapi juga sekaligus
mengabarkan melalui RasulNya bahwa ketaqwaan itu ada di dalam dada, tak dapat
dilihat oleh mata manusia siapapun dia. Ianya bermakna; teruslah berkhusyu’
memperjuangkan taqwa dalam diri, dan selalulah tawadhu’ kepada sesama hamba.
Sungguh kita
tertuntut untuk tak meremehkan seorangpun di antara hamba Allah yang shalih
seisi bumi, sebab boleh jadi mereka adalah para kekasihNya yang jauh lebih
terkasih dibanding kita.. Maka mari meniti jalan zuhud seperti yang diungkap
cirinya oleh Hasan Al Bashri. “Sang zahid adalah”, kata beliau, “Dia yang jika
berjumpa orang lain selalu berkata pada dirinya, ‘Beliau lebih utama daripada
aku.’”
Dengan
meneladani jawaban salam Habibullah ﷺ pada
Rabbnya pada saat Mi’raj, kita menyebut orang-orang shalih itu di dalam doa
tasyahud shalat kita, agar kita tergabung bersama mereka. “Assalamu ‘alaina wa
‘ala ‘ibadillahish shalihin.. Salam sejahtera atas kami dan atas hamba-hamba
Allah yang shalih.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar