Hubungan
Antarsaudara
Polemik dan
keributan yang terjadi sebenarnya bisa melalaikan kita. Keributan membuat kita
lengah. Misalnya ada keributan yang terjadi di antara saudara. Keributan itu
bisa memang karena disebabkan internal sendiri atau keributan itu disebabkan
atau terjadi akibat prasangka dari pihak lain. Eksternal.
Ketika
keributan itu terjadi, maka lengahlah kita. Lengahlah seluruh saudara. Semuanya
terfokus pada keributan itu. Seluruh energi terkuras habis hanya untuk ribut.
Akibatnya, nggak ada yang menjaga dapur, nggakada yang menjaga lemari, nggak
ada yang menjaga brankas, atau lainnya. Padahal, itu semua barangkali yang
sedang diincar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Jika suatu
kaum atau kelompok nggak bisa ditundukkan dari luar, maka orang yang nggak suka
dengan kelompok itu akan memanfaatkannya dari dalam. Mereka acak-acak
internalnya supaya ribut sendiri, termasuk juga keluarga kita diacak-acak.
Ketika ayah dan ibu ribut, maka anak-anak pasti terbengkalai tak terurus.
Sesekali
ribut, ya, boleh-boleh saja, wajar, lumrah. Tapi, kalau terus-menerus ribut dan
membesar, bahaya akibatnya.
Karena itu,
semua elemen keluarga mesti banyak menahan diri. Lihatlah kepentingan yang
lebih besar daripada hanya ribut sendiri-sendiri. Jangan melihat pada
kepentingan sesaat. Pikirkan masa depan yang lebih luar dan lebih besar.
Lihat, tuh,
ayam. Ayam tahu bahwa di dalam rumah ada makanan. Orang yang ribut, lupa
mengawasi makanan itu. Ayam menunggu momentum untuk menyantap. Nah, ketika
orang yang di rumah pada ribut, maka nyelononglah si ayam ke dapur. Dimakannya
makanan yang sudah jadi incarannya.
Sebenarnya,
orang yang ribut itu tahu kok kalau si ayam itu mengincar makanan di dalam
rumah. Mereka bahkan tahu rencana ayam. Tetapi, karena semua pada ribut dan
fokus pada keributan, maka lengahlah pada ayam. Akibatnya, begitu makanan di
dalam rumah habis atau berantakan, baru mereka menyadarinya.
"Elo
sih, ente sih,kamu sih." Itulah ungkapan yang muncul setelah semuanya baru
menyadari. Semuanya sudah terlambat. Sementara, si ayam pergi dengan santai dan
perutnya sudah kenyang. Ayam dengan bangganya berkokok, seolah mengejek mereka
yang ribut.
Untuk itu,
marilah kita semua mengerem, mengendalikan hawa nafsu. Allah mengajarkan kita
untuk berpuasa. Perbanyaklah puasa sunah, perbanyaklah sujud dan zikir supaya
bisa lebih sabar dan pandai mengendalikan hawa nafsu.
Sayangnya,
kita kadung lengah dan lalai. Boro-boro sujud atau puasa sunnah, zikir pun tak
sempat. Kita terlalu banyak bermaksiat. Tidak dipanas-panasi saja kita sudah
panas duluan. Akibatnya, kita terlalu mudah dikalahkan musuh yang sebenarnya
tidak terlalu kuat bahkan sangat lemah.
Barangkali
ayam akan berkata: "Salah kamu sendiri kok. Salah saya apa? Kenapa saya
dibawa-bawa?" Ah, sudahlah. Mari kita introspeksi diri, jangan mudah
terpancing. Salam.
(sumber:Republika
edisi Senin, Januari 2015 Hal. 1 Oleh Ustaz Yusuf Mansur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar