INSPIRASI
PAGI
☕️☕️☕️☕️☕️☕️
MELURUSKAN
NIAT
Saya
dipanggil ustaz. Alhamdulillah. Tak minta, tapi orang yang memanggil saya
demikian.
Tak menyandang
sebutan ustaz aja sudah berat, apalagi menyandang sebutan ustaz. Sebab, ada
amanah sebutan. Makin kudu (harus) jaga diri. Makin kudujaga akhlak.
Tetapi, hal
ini bisa salah niat. Sebab, menjaganya bukan karena Allah, melainkan karena
manusia. Dan, ini bisa fatal akibatnya.
Saat tak ada
manusia yang melihat, bisa jadi saya kemudian jadi ustaz yang malas, jahat,
berkelakuan buruk, beribadah jelek. Akan berbeda ketika ada manusia,
yang--mungkin--tampak rajin ibadah dan lainnya.
Saya pilih
dengan izin Allah, konten tahfiz, konten sedekah, dan beberapa konten utama
lain. Lalu, ada ustaz lain yang membantu. Bagaimana hati saya? Senangkah? Atau,
sebel? Sukakah?
Atau, kesal?
Kok membawakan materi saya sih? Jika ini yang tampak, masuklah saya
juga--barangkali--kepada orang-orang yang salah niat.
Seharusnyakan
dengan banyak yang membantu, akan banyak senangnya karena banyak yang membantu
dan menyebarkannya.
Jadi ustaz
itu bukan "jualan isi air". Ini tamsil lohya, hanya contoh, pemisalan
saja. Jadi ustaz itu ibaratnya membawa ember. Tujuannya untuk membagikan isi
air kepada yang lain. Maka, manakala ada yang mau membantu, harusnya senang
karena mereka membantu membawakan dan membantu membagikannya.
Ya. Jadi
ustaz bila kemudian saya malah "jual air", bahkan jual embernya maka
makin celakalah saya. Sebab, saya sudah menjual agama saya. Berkedok sebagai
ustaz--yang katanya--membantu umat, menyelamatkan umat.
Saya
melihat, dewasa ini persaingan semakin keras dalam bidang apa pun, bahkan
cenderung kurang sehat. Mereka perlu diingatkan sebab bila kurang niat, apalagi
sampai salah niat, salah-salah, buru-buru menjual negara, buru-buru
menggadaikan rakyat, menggadaikan amanah rakyat yang memercayainya.
Bila datang
pujian, tentunya sebagai ustaz, saya harus mengembalikan kepada Allah. Sebab,
jalan sebagai ustaz Allah yang memberi. Juga konten, cara, kesempatan, umur,
fisik, kebisaan.
Semua itu
adalah fa minallaah, yakni dari Allah. Bila ada hinaan, makian, celaan, cobaan,
hambatan, atau apa pun, sebaiknya kembalikan semuanya kepada Allah.
Demikian
pula kiranya yang sedang memimpin saat ini. Yang sedang memerintah sekarang
ini. Juga buat semua yang mengaku cinta negeri, bela negeri, cinta negara, bela
negara, atau membela kepentingan rakyat. Semuanya perlu me-review (meninjau
ulang) niatnya. Semuanya, di posisi apa pun mereka dan di bidang apa pun.
Dan,
benarlah sabda Rasulullah SAW, "Innamal a'malul binniyyah .... Semua amal
itu tergantung pada niatnya." Jadi pengusaha, jika gagal, tentu akan sedih
dan kecewa. Sebab, niatnya barangkali ingin sukses semata, bukan ingin hidup
manfaat dan bisa membantu orang.
Karena itu,
mari kita sambil du'a bid du'a (saling mendoakan) supaya jadi apa pun,
mengerjakan apa pun, hendaknya bisa mengikhlaskan diri semata-mata karena
Allah.
(sumber:Republika
edisi Senin, 1 Desember 2014 Hal. 1 Oleh Ustadz Yusuf Mansur)
Repost by :
https://t.me/NgajiBarengYM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar