DI DEKAT
'ULAMA'
@salimafillah
Jika
bermesra pada Allah berarti menjaga geletar takut, gerisik harap, sekaligus
getar cinta; demikian pula mungkin perasaan kita di dekat kekasih-kekasihNya.
Begitu barangkali sikap hati para sahabat di hadapan Rasulullah ﷺ. Begitu
pula malam ini yang kami juangkan dalam hati saat tertugas mendampingi KH. Dr.
Ahzami Sami'un Jazuli dan KH. Dr. Mushlih 'Abdul Karim, hafizhahumaLlaah.
Berdekat
'ulama, ada nikmat tak terkata, ada juga mempelajari hal-hal yang tak cukup
diwakili kata.Dari mereka kami belajar bahwa, di antara hal yang sebaiknya
dimiliki orang yang menjadi pintu ilmu & tumpuan harapan bagi ummat adalah
kepekaan rasa & kelembutan hati. Bahwa ada kehati-hatian & tak semua
tanya harus dijawab; Imam Malik sampai berkata, "Ucapan 'Aku Tidak Tahu'
adalah sepertiga ilmu."
Tapi dari
Imam Asy Syafi'i kita akan belajar; bahwa kadang pertanyaan sejati tersembunyi
dalam soalan zhahir yang diajukan. Lebih dalam. Tentang beliau, maka kita jadi
ingat sabda Sang Nabi; "Takutlah pada firasat seorang mukmin; sungguh ia
melihat dengan cahaya Allah."
Inilah si
murid setia Rabi' ibn Sulaiman menceritakan; ketika sang guru mengajar di
Masjidil Haram; sering datang pertanyaan unik. Unik bahasanya, yakni dengan
kiasan syair; unik pula penyampaiannya, yakni dengan kertas bertulis yang
diberi ruang tuk menjawab.
Satu hari
datanglah selembar kertas bertulis syair dengan tinta yang harum baunya.
Rabi'-pun menyerahkannya pada Imam Asy Syafi'i. Sang Imam tersenyum sembari
berkaca-kaca membacanya. Lalu beliaupun menuliskan syair di bawah tanya sebagai
jawaban atasnya. Setelah kertas dilipat ulang; Rabi' pun mengantarnya ke sudut
di mana tadi ditemukan. Tak berapa lama seorang pemuda mengambilnya. Setelah
membaca jawaban; dia juga menyunggingkan senyum dan matanya membasah. Lalu dia
letakkan kertas itu sebelum berlalu. Rabi'-pun memungutnya.
Di situ
tertulis; "Tanyakan pada Mufti-nya Bani Muthalib & Hasyim.. Apa
hukumnya peluk & cium rindu di kala dua kekasih bertemu."
Dan dijawab;
"Katakan pada sepasang pencinta yang diberkahi.. Aku berlindung pada Allah
jika taqwa dikalahkan syahwat menggebu."
Merah padam
muka Rabi' ibn Sulaiman membacanya. "Sungguh pertanyaan yang tak pantas
& jawaban yang juga tak layak!", fikirnya. Bagaimana mungkin Imam Asy
Syafi'i, gurunya yang sangat menjaga syari'at; terjebak menjawab syair nista
semacam itu?
Imam Asy
Syafi'i tersenyum lembut ketika Rabi' menggugat dengan murka; "Apa
maksudnya tukang maksiat disebut pencinta diberkahi?" Teduh Sang Imam
menjelaskan; "Ketahuilah bahwa pertanyaan itu datang dari pasangan
PENGANTIN BARU tentang hukum peluk & ciuman di SIANG HARI bulan
RAMADHAN!"
Rabi' ibn
Sulaiman ternganga tak percaya. "Betulkah?", tanyanya. "Kejar
& tanyai dia jika kau tak percaya!" Ringkas cerita; kala Rabi'
menanyai si penyoal; dia memang pengantin baru & masalah yang diajukan
persis seperti kata Sang Imam. Maka kian kagum Rabi' ibn Sulaiman pada gurunya;
sang pembaca makna, perangkai kata, penepat fatwa.
Semoga Allah
menyayangi mereka. Moga kian tersemangati kita tuk mendalamkan ilmu, mempekakan
rasa, menajamkan telaah, & mencintai sesama; hingga kebaikan meraja. Ya
Allah, walau jauh dalam 'ilmu & 'amal, dekatkan kami ke derajat 'ulama
kerana cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar