Bagian Kesatu, Salim A. Fillah, 2010
***
aku mengenal dengan baik siapa diriku;
dulunya dia adalah setetes air yang hina
kelak akan menjadi sekujur bangkai membusuk
kini dia berada di antara kedua hal itu;
hilir mudik ke sana ke mari membawa kotoran
***
Kita selalu bisa tahu, apakah seseorang yang berada di dekat kita
merasa nyaman dengan keberadaan kita atau justru menganggap kita sebagai
gangguan. Demikian pula orang yang kita ajak bicara. Mereka memberi isyarat dan
tanda dengan bahasa tubuhnya untuk mengungkapkan ketidaknyamanan itu. Kita
selalu bisa menangkap gejala-gejalanya.
Dalam dekapan ukhuwah, kita kemudian akan tahu diri. Kita merasa,
kitalah masalahnya.
Tetapi bagaimana dengan peran sebaliknya? Apakah kita juga pernah
merasa tak nyaman dengan kehadiran seseorang di dekat kita, atau dalam
kehidupan ini? Jawabnya tentu pernah. Pertanyaan selanjutnya adalah darimana
asal perasaan tak nyaman yang kita alami ketika berhadapan dengan orang? Pada
umumnya, kita akan menjawab dalam dua sisi. Bisa dari mereka, dan bisa juga
dari diri kita sendiri.
Saya lebih sering merasakan yang kedua.Gangguan itu berawal dari dalam
diri saya, bukan berasal dari orang-orang yang mendekat ke dalam kehidupan
saya, apalagi sahabat-sahabat tercinta dalam dekapan ukhuwah. Bukan. Sama
sekali bukan dari mereka. Saya betul-betul merasa, gangguan itu ada di sini,
ada dalam diri saya. Ada ketidaknyamanan yang zhohir sifatnya. Misalnya, saya
belum mandi dan belum bersiwak sehingga khawatir berdekat-dekat akan membuat
kawan tak nyaman. Atau ketika merasa pakaian yang saya kenakan kurang pantas
dan baunya agak apak karena telah berkeringat seharian.Tapi ada yang jauh lebih
menghalangi kedekatan dibanding ketidaknyamanan zhohir. Ialah ketidaknyamanan
batin terhadap diri kita sendiri. Kita merasa kotor, berbau, dan kerdil
berharapan dengan saudara seiman. Kita merasa telah terputus dari ikatan cinta
dengan mereka akibat kemaksiatan yang kita lakukan. Ya, itu benar.
Saya teringat sebuah hadits yang tercantum dalam al-‘Adabul Mufrod no.
310 dan al-Musnad V/71.
“Tidaklah dua orang yang saling berkasih sayang karena Allah berpisah,
kecuali disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara
keduanya.” (HR. al-Bukhori dan Ahmad)
Awal-awal ketika hati kita masih peka mengenali kemaksiatan sendiri,
kitalah yang merasakan ketidaknyamanan batin. Tetapi jika perilaku dosa itu
berlanjut, ketidaknyamanan itu juga akan makin hebat dan meningkat. Bukan hanya
kita yang merasakannya, melainkan juga orang-orang yang kita kasihi. Bisa jadi,
kemaksiatan yang kita lakukan telah membuat Allah murka, lalu Dia tanamkan rasa
benci kepada kita, di dalam hati hamba-hamba yang dicintai-Nya.
Na’udzu billaahi min dzaalik.
***
Memahami keadaan-keadaan itu, kita menemukan sebuah kaidah penting
dalam dekapan ukhuwah. Bahwa merasa nyaman dengan diri kita sendiri, akan
membantu orang lain untuk bisa merasa nyaman atas keberadaan kita di dekatnya.
Ini berlaku baik dalam suatu pertemuan singkat, maupun dalam jalinan hubungan
jangka panjang di kehidupan.Tentu saja dalam hal yang zhohir, kita memang perlu
memperbaiki penampilan kita sehingga kita percaya diri dan merasa nyaman berhadapan
dengan sesama. Dalam dekapan ukhuwah, lihatlah Sang Nabi teladan kita.
Penampilannya begitu mempesona. Pakaiannya yang kebanyakan putih, selalu
bersih. Rambutnya diminyaki. Mulutnya harum. Sela giginya bercahaya. Matanya
bercelak. Wewangiannya semerbak. Beliau nyaman dengan seluruh perangkat zhohir
yang beliau kenakan, dan orang-orang pun merasa nyaman dengan beliau.
Dalam hal yang batin, hati pun harus kita percantik agar diri kita
merasa nyaman saat berhadapan dengan saudara-saudara tercinta. Memperbaiki
terus-menerus ketaatan dan hubungan dengan Allah adalah kuncinya. Selebihnya,
kita memang bukan orang maksum yang suci dari dosa.Maka berdamailah dengan
kesalahan. Maksudnya tentu bukan menganggapnya sebagai angin lalu. Sikapi
kesalahan dengan sepenuh penyesalan, mohon keampunan dengan taubat, iringi dengan
kebajikan agar tertebus, dan muhasabahkan agar tak terulang.
Sesudah itu, sahabati nurani kita dengan nasehat tulus dari
saudara-saudara yang mencintai kita karena Allah. Maka rasa nyaman pada diri
pun hadir, hingga mereka juga merasa nyaman dengan keberadaan kita
***
Mari Berdoa
🌾
اَللَّÙ‡ُÙ…َّ
Ø¥ِÙ†ِّÙ‰ Ø£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ Ù…ُÙ†ْÙƒَرَاتِ الأَØ®ْلاَÙ‚ِ ÙˆَالأَعْÙ…َالِ ÙˆَالأَÙ‡ْÙˆَاءِ
Allaahumma innii a'uudzu bika min munkarootil akhlaaq wal a'maal wal
ahwaa'.Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemungkaran akhlak,
amal dan hawa nafsu.
(HR. Tirmidzi no. 3591)
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar