MENCINTAI SEJANTAN ALI
Oleh Ustadz Salim A Fillah
‘Ali pun menghadap Sang Nabi, maka dengan memberanikan diri,
disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu,
secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju
besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu
memalukan! Meminta Fathimah menantinya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat
kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. “Engkau pemuda sejati wahai
‘Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas
rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda
yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Dan kejelasan jauh lebih
ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi
menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
“Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
“Entahlah..”
“Menurut kalian apakah ‘Ahlan wa sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
“Satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah
berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wasahlan kawan! Dua-duanya
berarti ya!”
Dan ‘Alipun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras
agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan
cintanya bagi Abu Bakr, ‘Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ‘Ali adalah gentlemen sejati.
Tidak heran jika pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tidak ada
pemuda kecuali ‘Ali.”
Inilah jalan cinta para
pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung
jawab. Dan disini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ‘Ali. Ia
mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah Pengorbanan. Yang
kedua adalah Keberanian. Dan bagi pecinta sejati, selalu ada yang manis dalam
mengecap keduanya. Di jalan cinta para pejuang, kita belajar bertanggung jawab
atas setiap perasaan kita…
###
π¬
Telegram channel http://goo.gl/P05VKU
π£
Twitter account http://twitter.com/hasanalbannacom
π»
Facebook page http://fb.com/hasanalbannacom
π
Situs http://hasanalbanna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar