By: Nandang Burhanudin
****
Saat menjadi dosen di Kolej Islam Muhammadiyah Singapore, saya
selalu mengamati tingkah polah orang Melayu dan orang China di sana. Kendati
minoritas dan kurang dari 15 % dan menempati posisi terendah dalam segala
bidang kehidupan, orang Melayu masih bisa bertengkar satu sama lain dan ribut
masalah khilafiyah. Sementara China Singapore yang didatangkan dari China
induk, bertingkah superior.
Obrolan
yang saya tangkap 3 tahun lalu menjadi kenyataan kini. Jika kita diam, pribumi
Indonesia benar-benar akan meratapi nasib seperti Melayu Singapore atau bangsa
Arap Palestina. Obrolan itu adalah, seputar target China diaspora di ASEAN yang
akan menguasai seluruh negara dan menargetkan jumlah total etnis China 70 juta
jiwa dengan kekuatan full di ekonomi dan teknologi.
Nah bila pernyataan Wakil Perdana Menteri China Liu Yandong,
yang menargetkan pertukaran sepuluh juta warga China di Indonesia pada 2020
benar adanya, maka kendati memunculkan kontroversi, rencana itu bisa
dipersepsikan sebagai upaya ‘mengimpor’ imigran dari China ke Indonesia. Bila
di berita ramainya 10 juta jiwa produktif, maka pada kenyataannya akan lebih
dari 2 kali lipat.
Kita paham, Indonesia sangat rapuh dan lemah dalam hal data
kependudukan. KTP dan KK mudah dibuat dengan FULUS. Wilayah Indonesia yang
luas, sangat sulit dikontrol. Migrasi China bisa via laut atau daratan
Indonesia, hingga pulau-pulau terluar. Nah itu dulu. Kini setelah era Jokowi,
hal-hal sulit tak lagi perlu terjadi. Jokowi sudah memfasilitasi dan rakyat
Indonesia sangat murah hati, mengimpor pekerja-pekerja China dengan triliunan
devisa negara yang tak lain pajak rakyat.
Jika saat ini jumlah etnis China 15-20 juta, dipastikan akan
melesat tajam di tahun 2020. Dengan kejayaan ekonomi dan uang yang berlimpah,
etnis China tak akan terbendung menjajah suku-suku pribumi yang semakin
minoritas. Strategi China benar-benar menerapkan strategi Yahudi menyingkirkan
rakyat Pribumi Palestina dan strategi Singapore yang menyingkirkan rakyat
melayu. Bagi mereka, era Jokowi adalah anugerah setelah era Gus Dur. Namun
kebanyakan umat Islam tersihir, hingga tak sadar akan proyek Chinailah
Indonesia.
Namun seperti halnya Melayu Singapore, rakyat Indonesia pun
sama. Kendati sudah menjadi jongos dan kuli di hadapan China, 50 % rakyat
Indonesia masih hobi bertengkar dan saling cakar!
30 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar