By: Nandang BUrhanudin
****
Ibarat dua sisi mata uang, Yahudi dan Syiah bahu membahu melumat
Muslim dengan menguasai dan memecah belah penduduk Muslim di negeri-negeri
Sunni. Di Mesir salah satunya. Setelah institusi Al-Azhar, kiblat pemikiran dan
studi Islam tertua dunia dikangkangi kudeta yang dibackup Zionis Israel. Kini
Syiah mulai menunjukkan power, hadir dengan jubah-jubah hitam dan
doktrin-doktrin yang jauh sama sekali dengan Islam.
Jika
25 Channel TV Sunni antikudeta ditutup, maka channel TV Syiah mulai tumbuh
subur. Hal paling sedih adalah, saat acara Talkshow yang diadakan secara LIVE,
banyak pemirsa yang menelpon dan langsung membaca "syahadat ala
Syi'ah" cermin mereka mengubah keyakinannya. Setali tiga uang, di provinsi
Daqahliyah muncul pengklaim Nabi palsu. Ternyata, para pendukungnya adalah
polisi, jaksa, dan aparat militer.
Di Indonesia pun sama. Tidaklah Syi'ah berani menanggalkan
taqiyyahnya, melainkan mereka telah meyakini jalan terbuka tanpa hambatan seiring
kekuasaan yang telah dikangkangi Zionis internasional, melalui agen-agennya
yang dibina khusus. Syi'ah siap melumat siapapun yang menghadang, baik dengan
al-jubb (penjara, tindakan represif) maupun al-hubb (jebakan cinta, kawin
mut'ah). Diyakini tokoh-tokoh publik di negeri ini yang lidahnya mulai
"keseleo" tentang Syi'ah, telah terperangkap dalam jebakan al-hubb
dan al-jubb.
Irak, Bahrain, Libanon, Syiria, Yaman, adalah contoh kecil
lumatan Syi'ah. Kini bersama Saudi Arabia, mereka berencana menggiring Raja
Salman ke dalam perang terbuka. Raja yang menurut mereka berbeda 180 derajat
dari Raja Abdullah. Yahudi dan Syi'ah Persia bertemu dalam satu target: melumat
Muslim Sunni dan menghancurkan gerakan Islam yang antipenjajahan, Ikhwanul
Muslimin.
Namun sayangnya, elemen-elemen "pengklaim" Salafy dan
ormas yang seruannya Khilafah, justru tidak membaca arah pemikiran di atas.
Syaikh Salafy seperti Syaikh Hazem Ismail ketua Hizb Nur yang dilengserkan dan
dikenal teguh berprinsip, membaca fakta di atas sejak Mubarak dilengserkan.
Nasibnya ia mendekam di penjara dan baru divonis bebas.
Lalu bagaimana nasib Muslim Sunni di tengah menguatnya Zionis
dan Syi'ah? Sekedar mengangkat isyarat atau menyimpan foto Palestina saja,
dipenjara 11 tahun. Jangan harap bisa bebas mengibarkan bendera, lalu teriak
thoghuut..thoghuut seperti di zaman Mursi atau zaman demokrasi.
02 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar