By: Nandang Burhanudin
*****
Sebulan penuh menjalani tugas dakwah di negara Kanguru, saya
serasa menjadi manusia. Bertugas hanya saat buka puasa, tarawih, dan shalat
malam. Praktis acara hanya padat di malam hari. Bersyukur panitia cukup sigap.
Menjadikan siang hari sebagai waktu berwisata. Jadilah malam hari larut dalam
ibadah. Sedang siang hari dihabiskan menjadi turis pelepas lelah.
Melbourne
dan Sydney menjadi provinsi yang membuat hati terpanah. Bukan pada airportnya
atau mallnya. Tapi pada keteraturan, supremasi hukum, dan penghargaan terhadap
manusia apapun warna kulitnya. Selama di Sydney, saya menikmati panorama pantai
nan eksotis. Bersyukur Ramadhan 1436 H bersamaan dengan musim winter. Minimal
tak ada udang yang berjemur, yang konon menjadi pemandangan lumrah jika di
musim lainnya.
Hutan dan tumbuhannya. Laut dan kekayaan hayatinya. Daratan dan
segenap binatang melatanya. Nampak hidup dalam sebuah keteraturan. Hal yang
mustahil saya temukan di negara Muslim seperti Indonesia atau Mesir. Australia
walau negara sekuler, ternyata lebih memanusiakan hewan daripada Indonesia dan
Mesir yang menyikapi manusia lebih buruk dari binatang.
Perjalanan demi perjalanan. Lewati pegunungan terhampar
peternakan sapi nan aduhai. Sapi-sapi beragam jenis sibuk bercengkrama di
padang rumput teletubbies. Tak ada kandang. Tak ada jeritan. Hampir tak ada
keributan karena rebutan BLT (bantuan logistik ternak). Saat itu Bu @ratih yang
menjadi guide dan suaminya pak @jamal bilang. "Hampir tak ada sapi stress,
sebanyak manusia stress di Indonesia."
Di pantai-pantai Melbourne, saya susuri bukit-bukit nan gemulai.
Seolah menghibur saya yang terhujam galau karena meninggalkan putri keempat 5
hari sebelum Ramadhan. Ombak dan lambaian pohon di sisi bukit, cukup meniadakan
helaan gundah.
Satu hal yang pasti. Saya orang kampung yang datang ke kota
modern. Transportasi di Sydney mustahil bisa kita raih 25 tahun ke depan.
Sebagamana kekayaan hayati mustahil kita barukan, melihat binasanya flora dan
fauna di bumi nusantara.
Sebenarnya Indonesia bisa lebih indah dari negeri manapun. Hanya
Indonesia dikelola dengan manajemen ambiradul, ileh kaum berotak dengkul, yang
hobinya main pukul, aktivitasnya maun cabul. Andaikan saya diundang lagi, saya
bersedia tanpa perlu ditanya. Entah dengan anda.
04 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar