BERSAMA
MUHAJIRIN DAN ANSHAR
@salimafillah
“Orang-orang
yang terdahulu lagi pertama-tama di antara para Muhajirin dan para Anshar, dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan; Allah telah ridha pada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Demikian itulah keberuntungan yang besar.” (QS At Taubah [9]:
100)
Mari
berterimakasih pada sahabat Nabi yang mulia, sang Qari’ agung, narasumber yang
dirujuk para sahabat dalam soal Al Quran; Ubay ibn Ka’b, Radhiyallahu ‘Anhu.
Terkisah
dalam Tafsir Ath Thabari dari Muhammad ibn Ka’b Al Qurazhi, bahwasanya ‘Umar
ibn Al Khaththab pernah melewati seseorang yang sedang membaca ayat ke-100 dari
Surat At Taubah ini. Maka ‘Umar mencekal tangan orang itu dan menatapnya dengan
tajam sembari berkata, “Siapakah yang mengajarkan ayat ini dibaca seperti itu
kepadamu?”
Orang itu
menjawab dengan agak takut, “Ubay ibn Ka’b”.
“Jangan
sekali-kali kamu pergi sebelum kita menjumpai Ubay untuk mendapatkan
keterangannya!”, ujar ‘Umar sembari menarik lelaki itu untuk menemui Ubay ibn
Ka’b.
Ketika
mereka telah sampai kepada Ubay, maka ‘Umarpun menanyakan tentang ayat
tersebut, yang memang berbeda cara membacanya dari yang beliau fahami selama
ini. “Benar wahai Amiral Mukminin, aku yang membacakan ayat itu kepadanya
dengan qiraat seperti itu sebagaimana dahulu Rasulullah telah membacakannya
kepadaku!”, tegas Ubay.
“Apakah
engkau bisa menghadirkan dua saksi yang adil untuk mendukung dakuanmu itu?”
“Inilah
‘Utsman ibn ‘Affan, ‘Ali ibn Abi Thalib, ‘Abdullah ibn Mas’ud, Mu’adz ibn
Jabal, dan Zaid ibn Tsabit menjadi saksiku. Tak cukupkah bagimu para penulis
Rasulullah dan para penghimpun Al Quran?”
“Baik”, ujar
‘Umar sembari menghela nafas dengan sesal sekaligus lega. “Hanyasaja aku dulu
mengira bahwa kami para sahabat yang berhijrah telah dikaruniai derajat tinggi
yang takkan dapat digapai siapapun sesudahnya."
"Maka
aku membacanya dari catatanku, ‘Wassabiqunal awwaluna minal muhajirin. Wal
ansharulladziinat taba’uhum bi ihsan.. Dan para terdahulu lagi mula-mula dari
kalangan muhajirin. Dan orang-orang Anshar yang mengikuti para muhajirin itu
dengan kebaikan.’ Tetapi dari kalian aku baru tahu, ayat itu seharusnya dibaca,
‘Wassabiqunal awwaluna minal muhajirina wal anshar, walladzinat taba’uhum bi
ihsan.. Dan para terdahulu lagi mula-mula dari kalangan Muhajirin dan Anshar,
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan..”
“Berkenankah
engkau wahai Amiral Mukminin”, sela Ubay sembari tersenyum, “Kuberikan dua
hujjah lagi dari Al Quran untuk menegakkan pemahaman itu; bahwa ada kaum di
belakang masa yang akan Allah muliakan sebagaimana kita?”
“Tentu”,
angguk ‘Umar dengan mantap.
“Dalil
peneguh pertama ada dalam Surat Al Jumu’ah, ayat yang ketiga; ‘Dan juga kepada
kaum yang lain daripada mereka, yang belum berhubung-jumpa dengan mereka..’
Dalil peneguh kedua ada dalam Surat Al Hasyr, ayat yang kesepuluh, ‘Dan
orang-orang yang datang sesudah para Muhajirin dan Anshar, yang mereka
berdoa...”
Segala puji
bagi Allah, dan semoga Dia membalas kebaikan Ubay ibn Ka’b, salah satu dari
empat Mahaguru Al Quran yang ditunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dengan
penjelasan beliau ketika meluruskan kesalahfahaman Sayyidina ‘Umar terfahami
dua hal penting.
Pertama,
bahwa para As Sabiqunal Awwalun ada dari kalangan Muhajirin maupun juga dari
Anshar. Yang kedua, -dan inilah yang amat permata bagi kita-, bahwa
dimungkinkan bagi insan-insan yang hidup jauh sesudah kurun para sahabat untuk
meraih karunia yang serupa dengan apa yang telah dianugrahkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada para As Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin
dan Anshar.
Allah telah
ridha kepada mereka, dan merekapun ridha kepada Allah. Maka kita juga ridha
kepada mereka semua. Kita ridha agar kelak dihimpun bersama mereka. Kita ridha
bahwa merekalah gemintang di langit cerah yang akan memandu perjalanan kita di
kehidupan dunia yang bagai malam gulita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar