SANADA MARU,
KHANDAQ DI OSAKA
@salimafillah
Sanada
Yukimura adalah sosok luar biasa terakhir yang menandai tamatnya zaman Sengoku.
Lahir pada
1567 dengan nama 'Nobushige', saudara Sanada Nobuyuki ini kelak masyhur dengan
sebutan 'Pahlawan yang Muncul Sekali dalam 100 Tahun', 'Iblis Merah dalam
Perang', dan 'Pahlawan Terakhir Sengoku'. Veteran penyerbuan ke Korea di masa
Hideyoshi, Shimazu Tadatsune, menyebutnya sebagai, 'Ksatria Nomor Satu di
Jepang'.
Ketika
mempertahankan Benteng Ueda menjelang pertempuran Sekigahara yang menentukan,
Yukimura berhasil memukul mundur pasukan sang pewaris keshogunan Tokugawa
Hidetada yang berkekuatan 40.000 orang hanya dengan 2.000 pasukan. Karena
tertahan di Ueda ini pula, Hidetada terlambat bergabung dengan pasukan ayahnya,
Ieyasu di Sekigahara.
Kepahlawanan
Yukimura yang terdahsyat, dan juga terakhir, adalah dalam Pengepungan Osaka
pada 1614-1615. Kala itu, Toyotomi Hideyori, pewaris sang Taiko yang mulai
beranjak dewasa, dianggap sebagai tantangan terakhir bagi keshogunan Tokugawa
untuk memerintah negeri di bawah satu nama. Apalagi ketika pangeran muda ini memperkuat
Benteng Osaka dan merenovasi Kuil Kekaisaran Hoko-ji di Kyoto.
Di kuil ini,
Hideyori memasang sebuah genta besar dengan ukiran kaligrafi "国 家安康", dibaca "kokka ankō" yang
berarti "Semoga negeri ini damai dan makmur" serta "君臣豊楽", dibaca "kunshin hōraku"
yang berarti "Semoga para bangsawan maupun pelayan hidup makmur dan
bahagia."
Tapi pihak
Tokugawa menduga, "国家安 康" adalah kata-kata kutukan untuk Ieyasu
karena kanji untuk namanya "家 康". Sementara "君臣豊楽" juga bisa dibaca "Pasukan
Toyotomi (豊臣) akan
bangkit lagi." Maka dengan 150.000 pasukan, Ieyasu memimpin langsung
Pengepungan Osaka yang dimulai pada musim dingin 1614.
Dibangun di
dataran tinggi Uemachi antara pengaliran Sungai Yodo dan Sungai Yamato, Benteng
Osaka sangat kukuh terjaga di sisi utara. Tapi di selatan, ia terbuka menghadap
dataran tinggi Tenno-ji yang diincar pasukan lawan untuk serangan akbar.
Sanada
Yukimura ditunjuk oleh Hideyori untuk mengomandoi pertahanan benteng Osaka dan
sang panglima segera memerintahkan pembangunan kubu di pertahanan selatan
hingga tenggara yang paling rapuh. Kubu-kubu ini kelak dikenal sebagai 'Sanada
Maru', hanya terdiri atas susunan parit lebar, benteng tanah liat, pagar
palisada kayu, dan dudukan meriam dari menara batu; tapi menjadi pertahanan
yang paling tak terkalahkan oleh pasukan Tokugawa. Yukimura bahkan sering
mengirim serangan keluar yang merusak formasi kepungan musuh.
Pada musim
panas 1615, bagaimanapun, kekuatan pendukung Hideyori menyusut hingga tinggal
sekira 60.000 pasukan. Perang habis-habisan terjadi dan Sanada Yukimura gugur
ketika meluncurkan serangan balasan keluar benteng yang memotong garis kepungan
musuh hingga jauh. Nishio Nizaemon, seorang prajurit dari Provinsi Echizen
memenggal kepala Yukimura setelah panglima pemberani lanjut usia ini bertempur
nyaris tanpa rehat sejak pagi hingga petang. Lelah dan terluka parah, dia
menyambut maut dengan duduk gagah.
Mengunjungi
Kastil Osaka dengan jagang-jagang pertahanan berlapisnya, bersama Mas Ahmadi
Bambang, Ketua PPI Kansai, Mas Arif Ahmad, Ketua Ikatan Persaudaraan Trainee
Indonesia di Jepang, dan Pak Aries Pongki yang telah 30 tahun tinggal di Jepang;
terkenang akan keteguhan Rasulillah di Khandaq Madinah. Keteguhan di saat
paling berat yang karenanya turunlah ayat:
"Sungguh
telah ada bagi kalian pada diri Rasulillah suri tauladan yang baik. Bagi orang
yang berharap jumpa dengan Allah, dan meyakini hari akhir, serta berdzikir
mengingat Allah sebanyak-banyaknya." (QS Al Ahzab [33]: 21)
Jika
Yukimura dan Hideyori begitu tangguh dan rela mati untuk nilai-nilai yang
mereka yakini; apakah kita sebagai Jundi Rabbil 'Izzati, punya keberanian dan
kesabaran yang serupa? Oh betapa malu, sebab kita punya teladan yang jauh lebih
mulia. Duhai Rabbana, ampuni kami semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar