malam berlalu, tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu kepada
mereka yang wajahnya mengingatkanku akan surga wahai fajar terbitlah segera,
agar sempat kukatakan pada mereka “aku mencintai kalian karena Allah.”
-’Umar ibn al-Khaththab
Pada suatu hari, tiga orang berjumpa di salah satu sudut Madinah.
Kisahnya jadi canda. Tapi begini keadaannya: yang pertama menebar kepedulian,
yang kedua membagi kebijaksanaan, dan yang ketiga memberi damai dengan
pemahaman serta pemaknaan. Itulah ‘Umar ibn al-Khaththab berjumpa dengan
Hudzaifah ibn al-Yaman dan ‘Ali ibn Abi Thalib. “Bagaimana keadaanmu pagi ini,
wahai Hudzaifah?” tanya ‘Umar. “Wahai Amirul Mukminin,” jawabnya, “Pagi ini aku
mencintai fitnah, membenci al-haq, shalat tanpa wudhu, dan aku memiliki sesuatu
di muka bumi yang tidak dimiliki oleh Allah di langit.” “Demi Allah,” kata
‘Umar, “Engkau membuatku marah!”. “Apa yang membuatmu marah, wahai Amirul Mukminin?”
timpal ‘Ali ibn Abi Thalib. Hudzaifah terdiam, dan tersenyum pada ‘Ali.