Kamis, 28 Mei 2015

Jokowi dan Kebiadaban Sosial


By: Nandang BUrhanudin 
****
Seorang faqir mengadukan diri pada seorang pendeta. Di antara yang ia keluhkan adalah: kondisi rumah yang teramat sempit untuk menampung dia-istri-dan 6 orang anaknya. Mendengar demikian. Solusi yang ditawarkan si pendeta adalah, memasukkan burung-burung ke rumahnya. Tak lama kemudian, si faqir kembali mengadu bahwa kondisinya lebih buruk. Nasihat sang pendeta adalah memasukkan kandang kucing ke dalam rumah. Terus berulang-berulang kali si faqir tak kenal lelah mengeluh, mengadu, namun solusi yang ditawarkan hanyalah kegaduhan di atas kegaduhan.


"Pendeta, saya lelah. KOndisi saya makin sulit. Adakah kiranya jalan keluar terbaik yang bisa tuan berikan?" tanya si faqir.

Apa jawaban si pendeta? "Hai faqir, cobalah solusi terbaik saya. Mulai besok, keluarkan semua kandang, sangkar, hingga rerumputan makanan sapi. Niscaya kamu akan merasakan kondisi lebih baik."

Benar, selang dua hari si faqir memuji-muji solusi yang ditawarkan si pendeta, dan kini ia merasa lebih bahagia.

Sahabat! Indonesia di era Jokowi mirip nasihat si pendeta di atas. Rakyat tak ubahnya sosok faqir yang tak berdaya, kecuali menerima apapun yang disampaikan si pendeta. Apa yang terjadi? Berharap kondisi yang terbaik, namun faktanya, ia merasakan sebaliknya. Kondisi semakin buruk, buruk, dan lebih buruk.

Contoh sederhana, rakyat mengeluhkan harga-harga yang semakin mencekik. Kebijakan Jokowi justru menaikkan BBM. Harga gonta-ganti dari harga 6500, berubah ke 8900. Namun akhirnya rakyat menerima pasrah saat harga bertengger di 7600, menganggap lebih baik dari harga 8900.

Demikian dengan kebijakan penanganan korupsi. Kasus-kasus kakap lenyap. Sim salabim, karena rakyat diberikan nasihat si pendeta, ruang rumahnya diisi pelbagai kekisruhan: burung, kandang kambing, sapi, hingga rerumputan. Ujung-ujungnya, rakyat menganggap korupsi bukan kejahatan. Ingatlah kasus BG dihentikan! Demikian kasus korupsi Transjakarta. Jangan harap BLBI, korupsi Mega, skandal Lapindo, skandal lelang Indosat, Century bisa diseret ke meja hijau.

Hampir mirip dengan di Mesir. Masyarakat di Mesir zaman Mursi, sudah diajak untuk menerima 1 juta IPAD. Namun kini, tuntutannya bisa hidup saja sudah syukur. Sayangnya kita tak siuman.

Pasted Form: Laman facebook ust. Nandang Burhanudin https://www.facebook.com/aufainternational
27Mei 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar