Rabu, 12 Juli 2017

GAK KEBAYANG


 Badan tuh jadi susah gegara kita. Bila kita diizinkan membuat susah badan kita sendiri, itu tanda ga beres.


Ya, semua kan seizin dan sekehendak Allah. Mungkin kita tiada meminta Perlindungan Allah atas keburukan nafsu atau syahwat kita. Tidak minta Perlindungan-Nya atas keburukan dan kejahatan kita sendiri terhadap badan kita sendiri.

RIYADHAH


Bila ada hajat, atau masalah, sebaik-baiknya penolong adalah Allah SWT. Di antara obat termurah adalah doa. Tentu doa yang dikawal dengan kesungguhan ibadah lainnya. Saya memperkenalkan istilah riyadhah 40 hari. Yang kadang tidak ditemukan dari diri kita adalah kesungguhan, keseriusan, kesinambungan amal (istiqomah, mujahadah, mudawamah).


Saya kasih contoh sederhana. Kawan-kawan pesantren pengen bikin taman di pondok. Budgetnya puluhan juta. Modal awal 2 juta. Kawan-kawan kemudian menyabarkan diri dengan shalat, doa, dan amalan-amalan lain. Tidak langsung buru-buru memesan pohon-pohon, rumput-rumput untuk taman. Kenapa? Pertama, duitnya jauh dari cukup. Kedua, kalo dipaksain, jadi hutang.

ADA ALLAH


Ada Allah… Jangan pada kecil hati. Ada Allah… Jangan pada putus asa. Ada Allah. Teruslah berbesar hati, dan berharap. Keajaiban itu ada. Pertolongan Allah ga pernah terlambat. Yang sabar, yang ridho, yang ikhlas. Tunjukin aja dulu sama Allah, kita kuat.


Banyak merendah aja ke Allah. Jangan ampe ada pertanyaan yang mempertanyakan Kehendak dan Ketentuan Allah. Ridha aja. Merendah aja. Termasuk minta ampun atas dosa sendiri. Jangan ampe ada nyalah-nyalahin keadaan juga dan sekitar.

BEKERJALAH KARENA ALLAH


Jika kawan-kawan sudah punya pekerjaan dan usaha, lalu dipakai maksiat, atau jadi jalan maksiat, apalagi sampe jadi jalan ngelawan Allah… duh…


Jika kawan-kawan udah punya pekerjaan dan usaha, lalu dipakai untuk mendekatkan diri kepada Allah… Wah… Keren. Apalagi bisa jadi jalan bagi yang lain deket juga. Wuih…

Jika kawan-kawan punya pekerjaan dan usaha, tapi malah bikin yang lain jadi jauh dari Allah? Menjadikan orang jauh dari Allah, apalagi menyengaja seperti itu…?

MENGEMBALIKAN PADA ALLAH


PEMBACA yang saya hormati. Ini cerita Haji Agus yang punya usaha di bidang jasa pembangunan rumah dan perkantoran, jasa renovasi dan termasuk furniture. Ada satu kebiasaan Haji Agus, yakni dia suka banget salat sunnah, menghadap Allah.
Dapat berita gembira, ia salat sunnah. Dapat berita sedih, ia salat sunnah. Misal, karyawannya memberi laporan kepada dia, “Pak, alhamdulillah nih, ada kantor yang mempercayakan pemagaran propertinya kepada kita. Lumayan Pak, tiga hektar pagarnya.” Nah, Haji Agus kalau dapat berita seperti ini, langsung bergegas mencari mushalla, atau media apa saja sebagai sarana ia salat sunnah. Kebetulan ia punya kebiasaan lain, yaitu menjaga wudlu.

Menurut Haji Agus, karyawannya saja memberi laporan kepada dia, masakan dia enggak memberi laporan kepada Allah, yang mengendalikan dan mengatur kita. Dengan begini, saya merasa tenang dan senang, katanya.

JANGAN MENJAUHI ALLAH



PEMBACA yang saya hormati. Ini kisah Iwa, pedagang yang mulai bingung dengan omset tokonya  cenderung menurun. Ketika tokonya sepi, ia mulai merenung-renung tentang “Mengapa tokonya jadi sepi, dan omset menurun?” 

Setelah lama merenung, ia mendapati bahwa dirinya kurang bersyukur. Padahal ia mafhum, Allah, Tuhannya, yang juga adalah Tuhan semua pemilik toko di dunia ini, mewanti-wanti: 

“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mema’lumatkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu. Sedangkan jika kamu kufur nikmat, maka azab-Ku sangat pedih.” (Ibrâhîm: 7).

MENCARI KEBERKAHAN HIDUP



PEMBACA yang saya hormati. Salat menjadi satu tanda bahwa kita beriman. Maka bila seseorang yang mengaku beriman, tapi ia tidak salat, sama saja ia sebenarnya tidak beriman.


Perhatikan firman Allah berikut ini. “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyeru kepada kebaikan dan mencegah keburukan, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya…” (at Taubah: 71).

JANGAN MUDAH PUTUS ASA


PEMBACA yang saya hormati. Allah melarang kita berputus asa. Sebab berputus asa itu, masya Allah bahayanya. Seseorang yang putus asa, seperti mengalami kematian kecil. Ia seakan hidup tanpa nyawa. Hati hampa, jantung berdegup keras nggak keruan, dan hidup tanpa nyawa, tanpa spirit, tanpa motivasi. Banyak orang yang putus asa, lalu kemudian bawaannya ingin mati saja.


Kenapa orang berputus asa? Sebab banyak orang yang melihat keadaan dirinya, kemampuannya, yang membuatnya berputus asa. Bangun kegigihan, dan jangan berputus asa. Kemudahan justru Allah hadirkan bersamaan datangnya dengan kesulitan.

CINTA RASUL


SIAPA yang mengakui mencintai Rasulullah Muhammad SAW, lalu tidak menjalankan sunnahnya, adalah kebohongan belaka. Dikisahkan tentang bukti-bukti kecintaan Rasul kepada kita. Salah satunya, ketika Rasul mau meninggal, di penghujung hayatnya, Rasul memanggil-manggil ummatnya. Dan, itu berarti juga memanggil kita, kalau kita mengaku ummatnya.


Sekarang, ketika Rasul sudah menunjukkan cintanya kepada kita, apa yang kita tunjukkan kepada Rasul bahwa kita pun mencintainya?

Siapa yang menjaga salat wajib tepat waktu? Siapa yang menjaga salat wajib secara berjamaah? Siapa yang menjaga salat wajib di masjid, bagi laki-laki? Semakin jarang kita saksikan muslim di negeri ini yang menjaga hal ini. Padahal hal ini teramat “diperhatikan” Rasul.

Kajian Isra' Mi'raj


Saya beruntung ya punya Allah, berasa banget. Punya Allah, ada Allah, berasa banget. Makanya saya bingung ketika ada orang yang udah punya Allah dan Allah itu udah pasti ada, tapi dia susah, terus dia ngerasa susah. Bisa jadi seperti saya juga jaman dulu, gak terlalu kenal, gak terlalu tahu,” ucap Ustadz Yusuf Mansur ketika mengisi tausiah di moment peringatan Isra' Mi'raj.


“Salat dan Revolusi Mental” menjadi tema yang diangkat dalam rangka memperingati Isra Miraj sekaligus Training buku “Believe”karya Ustadz Yusuf Mansur.